Salah satu titik paling timur pantai Indonesia itu adalah Pantai Base G yang masuk wilayah kota Jayapura, ibu kota provinsi Papua. Pantai Base G yang juga disebut Tanjung Ria terletak di sebelah barat Kota Jayapura, tepatnya di Distrik Jayapura Utara.
Base G adalah nama yang diwariskan dari nama basis militer sekutu pada Perang Dunia Kedua, yakni Base G Camp.
Seperti pelukisan Magellan tentang lautan tenang yang malah mengantarkan dia kepada fase terakhir perjalanan hidupnya, walaupun ini terjadi di daratan bertepikan Samudera Pasifik, Pantai Base G juga tenang nan cerah.
Minggu pagi 10 Oktober kemarin pukul 10.00 WIT, ANTARA berusaha mencerap ketenangan yang banyak diceritakan orang yang pernah ke sini dan sekaligus menginjakkan kaki di salah satu titik paling timur Indonesia yang menghadapi langsung samudera yang menyimpan banyak catatan penting dalam sejarah kontemporer manusia itu.
Memang tenang, menenangkan malah. Seperti digambarkan dalam awal tulisan ini, rona lautnya sebiru warna langit yang mengkolonginya. Ombaknya tenang, sampai ada bagian dangkal di bibir pantai yang kerap digunakan untuk anak-anak guna belajar berenang.
“Kami cukup sering ke sini, suasananya menenangkan, cocok untuk santai-santai,” kata Faradilla, ibu dua anak asal kota Jayapura yang Minggu pagi itu tengah bersantai menunggu rekan ibu-ibu sekampungnya. “Kami mau arisan di sini,” celetuk perempuan yang meminta disapa Dilla ini diiringi tawa.
Tak jauh dari tempat Dilla bersantai, Faldo Krey, remaja usia 18 tahun yang tinggal tak jauh dari Pantai Base G, sibuk mengotak-atik ponselnya. Dia tengah memotret dua remaja lainnya seusia dia yang sepertinya sepasang kekasih.
“Saya tinggal di sana,” kata Faldo menunjuk deretan rumah di atas kawasan pantai yang disebut sebagai situs wajib kunjung dan menu wisata penting manakala orang datang ke kota Jayapura.
Rupanya Faldo sedang mengantarkan saudara perempuannya yang ternyata pula seperti ANTARA, datang dari Jakarta. Dengan kamera ponselnya, Faldo beberapa kali memotret sang saudara yang datang bersama sang kekasih.
Memang tidak salah sejoli itu datang ke sini. Suasana pantai ini tak hanya bisa menghilangkan penat atau menenangkan pikiran, karena bisa juga menjadi pilihan tempat untuk para kekasih yang tengah dimabuk cinta.
Hanya perlu Rp5 000 untuk masuk Base G. Ini jika Anda mencapainya dengan berkendara sepeda motor. Menggunakan kendaraan roda empat, tarifnya lain lagi. Tetapi sama sekali tak akan membuat kering isi kantong Anda.
Hanya saja, hati-hatilah manakala melihat pondok-pondok yang kadang tak beratap yang berjejer di sepanjang bibir pantai.
Salah-salah, kantong Anda bisa jebol karena ada tarif untuk pondong yang lebih tepatnya disebut saung, tak peduli Anda duduk lama atau sebentar di sana.
Kaya nan Strategis
“Pondok yang ada atapnya, (harganya) Rp250 ribu,” kata Barcellina (50), menunjuk sebuah saung beratap yang agak rapi. “Kalau yang tidak beratap, harganya Rp150 ribu,” sambung dia, seraya tangan tetap menggenggam sapu sebentuk bajak untuk membersihkan pantai dari serakan sampah yang dihempaskan ombak laut ke daratan.
Barcellina mengaku mengusahakan enam saung, yang satu di antaranya tak beratap. Harga Rp150 ribu – Rp 250 ribu untuk sekedar dipakai duduk memang terasa mahal. Tapi itu jika Anda datang sendirian.
Sebaliknya, jika datang berombongan sampai berpuluh orang sekalipun, harga sebesar itu sebenarnya murah. Ini karena para pemilik saung seperti Barcellina memasang harga sebesar itu untuk per saung, bukan per orang.
“Saya kayaknya harus bayar Rp350 ribu untuk pondok ini. Murah sih karena kami datang banyakan, belasan orang malah. Sudah begitu, kami akan lumayan lama di sini,” kata Dilla.
Ya, mahal atau murah memang tergantung dari mana orang melihatnya. Jika isi kantong yang melulu menjadi pertimbangan, sudah pasti mahal.
Namun jika disertai taktik seperti Dilla yang datang bersama belasan teman seperti dilakukan kebanyakan orang yang datang ke sini, harga sebesar itu murah. Apalagi jika yang menjadi pertimbangan datang ke sini semata demi menikmati dan meresapi keelokan, keeksotisan dan ketenangan tempat ini.
Tapi Pantai Base G hanyalah satu dari sekian tempat wisata yang berserakan di Papua. Ada banyak tempat yang sama indahnya dan lebih indah dari tempat ini di Papua.
Yang pasti, menjejakkan kaki di pantai paling timur Indonesia, yang juga sarat sejarah ini, adalah pengalaman yang menarik, kalau tidak mencerahkan. Bagi sebagian orang, tempat indah ini malah bisa membuatnya makin meresapi betapa agungnya Indonesia. Negara kedua di dunia yang memiliki pantai terpanjang ini bukan hanya luas sekali, namun juga indah, kaya budaya, dan kaya sumber daya.
Di salah satu perairannya yang berbatasan dengan Samudera Pasifik di Papua, tersimpan banyak potensi. Untuk perikanan misalnya, mengutip data Pemerintah Kota Jayapura, lautan yang termasuk di antaranya bertepikan Pantai Base G itu juga kaya tuna, skipjack, kembung, kakap, kerapu, dan lobster.
Tak hanya itu, pantai paling timur di Indonesia ini juga menempati posisi strategis dari peta politik kawasan dan geoekonomi kawasan, karena menjadi persimpangan penting antara kawasan Pasifik Selatan dengan kawasan bernadi ekonomi paling kencang di dunia di sepanjang tepi barat Pasifik di Asia Timur dan Asia Tenggara.
Jadi, tak cuma indah dan kaya, pantai utara Papua adalah juga salah satu gerbang Indonesia dalam menatap dan memasuki dunia. Di sini pula, salah satu pembalikan besar dalam Perang Dunia Kedua yang mengubah dunia seperti kita kenal saat ini, pernah terjadi.
Ant