blank
Deddy Kurniawan Wikanta selalu dekat dengan atlet

SEMARANG(SUARABARU.ID) – Dunia olahraga tenis meja nasional, khususnya Jawa Tengah, kehilangan sosok pembina yang sepanjang hidupnya didedikasikan untuk tenis meja.

Dialah Ir Yosef Moscati Deddy Kurniawan Wikanta MM, yang meninggal dunia dalam usia 70 tahun pada Minggu, 12 September 2021 pukul 01.50 setelah berjuang dengan sakitnya di RSUP Dr Kariadi Semarang.

Kepergian Deddy tentu membuat kolega, insan olahraga, dan keluarga besar Undip merasa kehilangan.

Sejumlah tokoh penting negeri ini pun menyampaikan duka mendalam dengan mengirimkan karangan bunga, di antaranya Menteri PANRB Tjahjo Kumolo, mantan menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, serta Ketua PP PTMSI yang mantan Wakapolri Oegroseno.

”Bagi kami sekeluarga, papi adalah sosok yang berjiwa nasionalis. Begitu ada tugas negara untuk memimpin tim tenis meja ke event internasional, saat itu juga beliau fokus ke tanggung jawab itu di atas kepentingan yang lain,” kata putra sulung Deddy, dr Edmond Rukmana Wikanta MSi Med, SpB(K)Onk, FINACS, FICS.

Selama hayatnya, Deddy pernah menjadi Kabid Binpres PB PTMSI dan manajer timnas tenis meja di SEA Games 2005 Filipina, SEAG 2009 Laos dan 2011 Indonesia.

Di lingkup Jateng, mantan dosen Teknik Kimia Undip itu juga pernah menjadi Wakabid Binpres KONI Jateng, Kabid Binpres di Pengprov PTMSI, Ketua Umum Pengprov PDBI (drum band), Pengprov PSI (squash) dan pengelola Gelora Jatidiri.

Darah tenis meja Deddy mengalir dari sang ayah, Wikanta Hadi Hartaka, salah satu dari lima pemrakarsa Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa Kabupaten Semarang.

Wikanta juga dikenal sebagai salah satu pendiri Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) pada 1958.

Di mata anggota Dewan Pakar KONI Jateng Prof Dr Soegiyanto MS, Deddy adalah paket lengkap, karena pernah berproses menjadi atlet, pelatih, pengurus, dan pembina.

Sahabat Deddy, dr Yuslam Samihardja PAK, Sp.THT-KL(K) pun merasa kehilangan atas sosok sahabat yang punya pengabdian luar biasa di tenis meja.

Menurut anggota Dewan Kehormatan KONI Jateng itu, perjuangan Deddy layak diteladani bagi mereka yang berkecimpung di dunia olahraga.

Fenomenal

Tak bisa dipungkiri, Deddy Kurniawan saat berkiprah di dunia tenis meja, pernah membuat torehan istimewa dan fenomenal.

Almarhum yang ketika itu bersama M Farchan aktif di Pengda PTMSI dengan bapak angkat PTP XVIII menyelenggarakan Kejuaraan Tenis Meja Internasional Benawi Cup (1982-1987) di GOR Jawa Tengah Simpang Lima Semarang.

Event sarat gengsi itu mendatangkan para juara dunia seperti Wang Tao, Ma Wenge, dan Zoran Kalinic.

”Saya masih ingat betul, bagaimana tahun 1983 masuk ke Klub PTP XVIII yang dikelola Pak Deddy. Diberi kesempatan ikut bersaing di Piala Benawi, ditempa beliau menjadi pemain Jateng sampai akhirnya menjadi juara tunggal putra PON XIV 1996 di Jakarta,” kenang legenda tenis meja Jateng Hadi Yudo Prayitno.

Tokoh tenis meja sekaligus pengurus PTMSI Jateng M Farchan menilai, Deddy adalah legenda tenis meja.

Almarhum bukan saja sebagai atlet, namun mampu melahirkan atlet-atlet berbakat, dan mengembangkan olahraga tenis meja di Tanah Air dan Jawa Tengah.

Hal senada disampaikan Wasekum PTMSI Jateng Dustamat Jayawiguna.  Menurutnya, rekam jejak juara Asia Junior 1971 itu sangat luar biasa. Ya, legenda itu telah pergi meninggalkan mereka yang mengasihi.

Deddy yang lahir di Semarang, 22 April 1952 telah berpulang meninggalkan seorang istri, Dr dr Kusmiyati Tjahjono MKes, dua anak dr Edmond Rukmana Wikanta, dr Edward Tirtananda Wikanta dan satu menantu dr Inggriani Tjuatja SpKFR

Jenazah disemayamkan di Rumah Duka Tiong Hoa Ie Wan Ruang NOP.  Misa Requiem dilaksanakan Selasa, 14 September 2021 pukul 17.30, sedangkan misa pemberangkatan pada Rabu, 15 September 2021 pukul 08.00 WIB.

Jenazah akan diberangkatkan ke Tempat Pemakaman Keluarga Besar Yayasan Gotong Royong Ambarawa pada pukul 09.00 WIB.

Riyan/Sol