WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Kreatifitas dan inisatif kaum ibu dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Munawaroh Dusun Blederan, Desa Blederan Kecamatan Mojotengah, Wonosobo Jawa Tengah yang berhasil mengembangkan beragam varian sayur organik, mendapat sanjungan dan apresiasi sangat positif dari Pemkab Wonosobo.
Mampu mendulang omzet hingga Rp 30 Juta dalam kurun waktu satu tahun, sayur organik yang dikembangkan oleh KWT Munawaroh, dinilai telah layak menjadi contoh nyata, bahwa pemberdayaan ekonomi keluarga dapat dilakukan secara sederhana namun efektif hasilnya.
Perihal tersebut dikemukakan langsung oleh Wakil Bupati Wonosobo, M Albar seusai mengawali panen raya sayuran organik di Kampung Sayur Kampling Sari RT 10 RW 04 Dusun Blederan Desa Blederan Mojotengah Wonosobo Jawa Tengah.
Menurut Albar, aktifitas positif yang ditunjukkan oleh para ibu di KWT Munawaroh dan telah terbukti memberikan hasil signifikan bagi perekonomian keluarga sangat layak menjadi rujukan bagi desa-desa lain yang memiliki keinginan serupa.
“KWT Munawaroh juga telah membuka diri bagi setiap kelompok yang ingin belajar. Bahkan dari berbagai daerah di Indonesia telah datang langsung untuk belajar menanam sayuran organik, karena itu saya ingin desa-desa lain pun tak ragu ngangsu kawruh kesini,” tutur Albar.
Selain sehat untuk dikonsumsi, Albar menilai, jenis sayuran yang ditanam secara organik juga memiliki nilai lebih di pasaran bila dibandingkan dengan sayuran biasa non organik. Daun terlihat lebih segar alama dan hijau. Pupuk dipakai merupakan pupuk kandang.
Terlebih saat ini, Albar menyebut, kebutuhan konsumsi jenis makanan organik bebas pestisida semakin meningkat. Seiring standa kebutuhan kesehatan warga masyarakat yang ingin menjaga diri dan meningkatkan imunitas demi menghindari paparan berbagai penyakit.
“Ke depan saya juga meminta agar organisasivperangkat paerah (OPD) terkait, khususnya Dinas Pangan, Pertanian Peternakan dan Perikanan (Dispaperkan) turut aktif mendampingi desa-desa yang ingin mengembangkan potensi lahan untuk pertanian organik seperti di Blederan ini,” tandas Albar, Selasa (7/9).
Kaum Milenial
Pihaknya juga berharap pertanian jenis organik ini mampu menarik minat kaum milenial untuk turut mengembangkannya secara lebih modern dengan memanfaatkan teknologi informasi, termasuk sampai pada tahap pemasarannya agar semakin luas menjangkau berbagai kalangan konsumen.
“Mencari petani, terlebih di kalangan kaum muda di bawah 40 tahun yang bersedia menekuni lahan pertanian saat ini sudah sangat sulit, maka dengan adanya pertanian organik semacam ini kita lebih optimis ke depan banyak anak-anak muda yang bersedia terlibat di dalamnya secara serius,” tandasnya.
Adanya perhatian dan motivasi dari Wabup, diakui Ketua KWT Munawaroh, Umi Khadijah sangat berarti untuk meningkatkan semangat anggota. Kampung Sayur dikelola ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan tetap. Hasil panen sayur bisa untuk menambah ekonomi keluarga.
“Saat ini kebutuhan kami selain terus memperluas pasar agar sayuran bisa terserap lebih banyak, adalah bantuan untuk kelangsungan sarana pendukung. Seperti rak display yang lebih kuat dan bagus. Karena kalau menggunakan bambu seperti ini mudah lapuk,” ungkap Umi.
Pihak KWT Munawaroh, menurut Umi, didirikan demi mengakomodasi hampir 70 persen populasi warga desa yang tidak memiliki lahan sawah untuk bertani, sehingga mampu memanfaatkan pekarangan mereka.
“Dengan model tanam susun di rak-rak bambu, pertanian organik mampu tumbuh subur di sekitar rumah meski pekarangan tidak seberapa luas. Lahan yang semula tidak dipakai pun bisa dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya.
Saat ini, dirinya juga masih terus berupaya memenuhi pesanan para pelanggan yang banyak datang dari kalangan aparatur sipil Negara (ASN) di lingkup Pemkab Wonosobo. Pada hari-hari tertentu, pihaknya dan banyak anggota mengantarkan sayuran pesanan para pegawai pemerintah.
“Harapan kami ke depan akan semakin banyak lagi kalangan pemerintah daerah yang berlangganan sayur produksi KWT Munawaroh sehingga perputaran omzet dan kelangsungan pertanian organik di Desa wisata Sayur Organik Blederan juga terus terjaga,” tandasnya.
Sejak dibentuk pada 2016, KWT Munawaroh disebut Umi, telah menjadi salah satu penyangga kebutuhan ekonomi keluarga, khususnya di hampir 70 persen populasi masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri.
Muharno Zarka