blank
Konsul Jenderal RI di New York, Dr Arifi Saiman MA, menyampaikan sambutannya secara virtual dari Amerika Serikat, dalam Tabligh Akbar Kebangsaan bersama Gus Baha, yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-21 Unwahas, Minggu (25/7/2021). Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Konsul Jenderal RI di New York, Amerika Serikat, Dr Arifi Saiman MA merasa bangga, Nahdlatul Ulama (NU) yang identik dengan pondok pesantren, memberikan perhatian serius terhadap pendirian perguruan tinggi NU. Salah satunya Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang.

”Saya berharap, Unwahas mencetak cendekiawan agen perubahan berwawasan global ala ahlussunnah waljamaah. Khusus Program Studi Hubungan Internasional (HI) FISIP, agar menjadi laboratorium yang mampu menyiapkan sumber daya manusia diplomat santri, seperti yang dincontohkan KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab Chasbullah,” tegas Arifi.

Dia mengatakan hal itu, mewakili umat Muslim dunia, dalam acara Tabligh Akbar Kebangsaan bersama Gus Baha secara daring, yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-21 Unwahas, Semarang, Minggu (25/7/2021).

BACA JUGA: Generasi Muda NU Perlu Perkuat Teknologi Informasi

Menurut Arifi Saiman, sejarah mencatat diplomasi santri dalam menuntut kebebasan bermadzah di Tanah Hijaz, yang kemudian dikenal dengan Komite Hijaz di Arab Saudi.

”Untuk apa pada saat itu Mbah Wahab dan Mbah Hasyim menuntut kebabasan bermadzhab? Tujuannya, untuk mengamalkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin, memberikan rahmat bagi semua penghuni alam raya ini,” katanya lagi.

Sedangkan Ketua Baznas RI yang juga Ketua Yayasan Wahid Hasyim Semarang, Prof Dr H Noor Achmad MA menyampaikan, konsep mabadi’ khaira ummah ats-Tsalatsah, yang dirumuskan ulama NU tahun 1938, bertujuan memberi rambu-rambu dalam melakukan perdagangan internasional.

BACA JUGA: Babinsa Koramil Mungkid Bagikan Suplemen Herbal

”Rambu-rambu itu terdiri dari Ashidqu (kejujuran), alwafa’ bil ahdi (menepati janji) dan ta’awun (tolong-menolong). Sejak tahun 1992 berdasar Munas Lampung, ditambah dua prinsip, yaitu al-adalah (keadilan) dan konsisten, sehingga menjadi lima dasar mabadi’ khaira ummah al-khamsah. Ini menunjukkan, diplomasi NU dengan ajaran Ahlu sunnah wal jamaah akan terus hidup sepanjang masa,” ungkap Noor Achmad.

Sementara itu, Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dalam tausiahnya mengingatkan, kewajiban kampus perguruan tinggi terus melakukan kajian, penelitian dan mempelajari ilmu pendidikan.

”Kalau pinter itu wajib mengajar, meminterkan orang, memandaikan orang lain, agar menjadi ngerti atau tahu tentang sesuatu,” tukas Gus Baha.

BACA JUGA: Polda Jateng Gandeng Barisan Pecinta Kyai Gelar Baksos di Rembang

Selain diikuti para dosen dan mahasiswa juga hadir secara online 25 Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Internasional, Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Internasional, Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya (Kibar) Inggris, Persatuan Pelajar Muslim se-Eropa (PPME) Al Ikhlas Amsterdam Belanda.

Ada pula, Masyarakat Muslim Indonesia (MMI) di Frankfurt Jerman, Pengajian Al Firdaus di Irlandia, Keluarga Besar Ta’mir Masjid Baiturrahman KBRI di New Delhi, Nusantara Foundation di New York, Keluarga besar KJRI New York, KBRI di Kabul Afghanistan & KBRI di London UK.

Riyan