blank
Seorang perajin membungkus kedelai dalam proses pembuatan tempe. Foto: antara

KUDUS (SUARABARU.ID) – Harga jual kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kembali naik menjadi Rp10.000 per kilogram dari sebelumnya hanya dijual Rp9.000-an per kilogramnya, sedangkan permintaan cenderung turun.

“Kenaikan harga menjadi Rp10.000/kg ini sudah berlangsung hampir sebulan, namun belum juga kembali normal. Padahal harga jual normalnya berkisar Rp6.500/kg dan pertengahan Maret 2021 harganya memang sudah naik menjadi Rp9.800/kg,” kata Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma’ruf, Jumat (7/5).

Informasinya, kata dia, kenaikan harga jual komoditas impor tersebut, di antaranya karena adanya kenaikan indeks perdagangan, keterlambatan masa panen dari negara asal, yakni Amerika.

Meskipun terjadi lonjakan harga, untuk stok tersedia aman karena kebutuhan berapapun masih bisa dipenuhi. Sedangkan stok yang tersedia di gudang mencapai 40-an ton.

Untuk saat ini, kata dia, diakui belum ada alternatif kedelai lokal karena belum memasuki masa panen. Pengrajin tahu dan tempe terpaksa menggantungkan pada komoditas impor.

“Kalaupun ada pengrajin tahu dan tempe yang mengurangi produksinya tentu wajar, karena disesuaikan permintaan pasar dan perubahan harga jualnya,” ujarnya.

Untuk bisa menaikkan harga jual tahu dan tempe di pasaran, kata dia, memang tidak mudah karena harus melihat respons pasarnya. Jika masyarakat tetap membelinya, maka produksinya tetap stabil seperti yang terjadi sekarang.

Jika sebelumnya permintaan per hari mencapai 20-an ton, maka saat ini berkisar 15 ton per harinya.

Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati.

Ant-Tm