Instagramable
Perahu pun terus melaju, berkelak-kelok menyusur sungai di antara tanaman pandan. Di aliran sungai yang masuk kawasan Taman Nasional Sebangau ini, menurut Hamidah, banyak sekali ikan. “Bisa juga sambil memancing. Ikan-ikan yang ada di sini di antaranya toman,” kata dia.
Oh ya, perahu ini makin eksotik karena dipenuhi hiasan-hiasan. Pemilik juga paham, bahwa wisatawan sekarang suka hal-hal yang disebut “Instagramable”. Maka, hiasan-hiasan di perahu pun disiapkan. Misalnya di anjungan ada bentuk hati yang tepiannya bunga-bunga. Kemudian juga tersedia semacam topi dari bulu ungags untuk berfoto selfi. Bahkan tersedia pula caping atau topi petani, yang bisa dikenakan saat matahari terik. Maklum, suhu di Palangkaranya cukup panas.
Pantas saja, di pintu masuk kawasan wisata ini, selain dijual aneka jenis makanan dan barang-barang lain, ada pula ikan asin yang berbahan ikan oman atau sejenis ikan gabus (kutuk) besar itu. Ikan jenis snake head ini memang jadi idola para pemancing. Menjadi kebanggaan para pemancing bisa kailnya mendapatkan sambaran ikan toman.
Perahu terus melaju, menuju sebuah pondok yang dibangun di atas sungai. Adalah hal yang biasa, di Kalimantan rumah dibangun di atas sungai dengan bahan kayu ulin yang memang tahan air itu. Perahu pun menepi, dan merapat di dermaga pondok tersebut.
Kami para penumpang dipersilakan untuk berfoto-foto di sana. Di pondok itu ada poster besar bergambar orang-utan. Memang, kawasan Taman Nasional Sebangau juga merupakan habitat liar orang-utan.
Poster besar itu bertuliskan save orang-utan. Di poster yang terpasang pada dinding pondok inilah, biasanya orang-orang berfoto. Sedangkan di sisi pondok, juga ada bangunan di atas air berlantai kayu. Ada tulisan besar Taman Nasional Sebangau.
Di tempat ini jugalah orang-orang berfoto selfi, untuk menunjukkan bahwa dirinya pernah berkunjung ke sana. Karena bangunan berada di atas air sungai, maka juga ada semacam tangga, sehingga kita bisa melihat anak-anak kecil bermain di tangga itu, sambil kakinya dicelupkan ke air. Mereka bisa keceh sepuas hati di air berwarna hitam bening itu.
Sekitar 15 menit di sana, kemudian kami kembali naik ke perahu, dan melajulah perahu ponton itu menuju dermaga awal, yang ternyata sudah di depan. Jadi sebenarnya perahu hanya berputar, kemudian kembali ke dermaga tanpa harus melewat jalur awal ketika berangkat.
Usailah perjalanan sore itu, menyusur Sungai Koran yang airnya hitam bening, sambil ngopi, makan mi, dan bernyanyi.
Widiyartono R.