JEPARA (SUARABARU.ID) – Haul dr Cipto Mangunkusumo yang ke- 81 serta milad ke- 135 diperingati di Jepara oleh seniman, budayawan dan sejumlah Petinggi dalam suasana sederhana. Mereka menggelar sarasehan dan do’a bersama di Paseban Museum Kartini Jepara pada, Senin (8/3/2021) malam.
Acara yang kembali diinisiasi oleh Yayasan Kartini Indonesia ini mengangkat tema Rawe-rawe rantas, malang-malang putung yang merupakan semboyan perjuangan dr Cipto Mangunkusumo, pahlawan nasional bangsa Indonesia. Pada tahun 2020 lalu, acara yang sama juga digelar Yayasan Kartini Indonesia di Balai Desa Pecangaan Kulon.
Acara ini juga diselenggarakan sebagai bentuk keprihatinan. Sebab dr Cipto Mangunkusumo yang perannya sangat besar dalam perjuangan melawan penjajahan yang lahir di Desa Pecangaan, Jepara ini tidak banyak diketahui sejarah hidupnya oleh warga Jepara. Apalagi diperingati dan diteladani semangat dan nilai-nilai perjuangannya.
“Padahal beliau putra asli Jepara yang karena peran besarnya dalam kemerdekaan, namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit rujukan nasional di Jakarta, RS Dr Cipto Mangunkusumo. Juga adik kandungnya yang bernama dr Gunawan Mangunkusumo, salah satu tokoh utama pendiri organisasi Budi Utomo,” ujar Didin Ardiyansah, dari Yayasan Kartini Indonesia saat mengantarkan diskusi.
Dalam acara sarasehan yang dipandu oleh Wienarto Asma ini, Ketua Yayasan Kartini Indonesia Hadi Priyanto mengajak semua fihak untuk belajar menghormati para pahlawan yang pernah berjasa dalam pendirian bangsa ini. “Ironis, jika seorang tokoh besar dalam pendirian republik ini justru diabaikan di tempat ia dilahirkan,” ujar Hadi Priyanto.
Ia juga menjelaskan persinggungan pemikiran dan bahkan pergerakan yang dilakukan oleh 4 orang putra asli Jepara yang mewarnai pendirian negara ini. Keempat tokoh tersebut adalah RMP Sosrokartono, RA Kartini, Dr Cipto Mangunkusumo dan dr Gunawan,” ujar Hadi Priyanto. Mereka berinteraksi erat dalam bentuk pemikiran dan juga diskusi.
Karena itu menurut Hadi Priyanto bukan hanya monumen, tetapi juga perlu dilakukan pewarisan khusus nilai dan semangatnya kepada generasdi muda, termasuk melalui lembaga pendidikan. “Disinilah pentingnya peran pemerintah,” tambah Hadi Priyanto yang juga dikenal sebagai penulis dan budayawan Jepara.
Sementara Ulil Abshor yang dikenal aktif menulis sejarah dan juga wartawan SUARABARU.ID yang juga dihadirikan sebagai pembicara mengungkapkan kebesaran dan peran Jepara dalam sejarah bangsa Indonesia.
“Jejak sejarah Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, Sosroikartono, RA Kartini, dr Ciptomangunkusumo dan dr Gunawan menjadi bukti kuat. Jangan sampai kemudian kita hanya mengenal tokoh-tokoh besar ini hanya kulit luarnya. Karena itu harus ada ikhtiar khusus untuk lebih mengenalkan tokoh – tokoh besar ini pada generasi muda,” ujar Ulil Abshor yang juga telah mendapatkan sertifikasi kepenulisan sejarah dari Kemendikbud RI.S
Dukungan
Dukungan untuk mendirikan monumen dr Cipto Mangunkusumo juga datang dari seluruh peserta wungon 135 tahun dr Cipto Mangunkusumo.
“Kami siap menjadi tuan rumah bagi pertemuan selanjutnya untuk lebih mengkongkritkan usulan pendirian monumen. Sebab melalui moumen tersebut akan menjadi motivasi yang berharga bagi masyarakat dan anak cucu,” ujar Bayu Wijaya.
Sementara Muhadi Petinggi Desa Tahunan mengatakan agar sejarah itu tetap bermakna bagi bangsa ini maka harus dijaga dan dirawat bersama. “Pendirian monumen adalah bagian dari itu,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan Petinggi Tanjung, Dwi Ganoto. “Kami akan menjadi bagian dari gerakan untuk menghadirkan kembali dr Cipto Mangunkusuko di tempat beliau dilahirkan,” tegasnya.
Sedangkan Mas Tejo mengungkapkan, jika bangsa ini bisa menikmati kemerdekaannnya, ini dikarenakan ada perjuangan dan pengobanan dari para pahlawan, termasuk dr Cipto Mangunkusumo.
“Menjadi kewajiban kiota untuk menjaga akan semangat dan nilai perjuangannya tidak boleh padam. Karena itu kita harus menyamiakan terus menerus kepada anak cucu kita,” ujar Mqas Tejo.
Dukungan untuk mendirikan monumen dr Cipto Mangunkusumo juga datang dari Ketua DKD Jepara Kustam Ekajalu, budayawan Mujiono, Sunarto, Ki Dampar, Teguh Priyombodo, Tigor Sitegar, Mas Zain Gubug Sungging Art serta aktivis perempuan Rita Hariyani dan Ratu Andayani. ,Juga musisi Jepara Achmnad Busro, Gilang, Muhlisin PJT.
Wahyu