blank
Jalan alternatif Wadaslintang-Wonosobo di Desa Medono Kaliwiro ambles dan retak. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Jalan alternatif yang menghubungkan Wadaslintang-Kaliwiro Wonosobo, tepatnya di Desa Medono Kaliwiro, kini mulai retak-retak dan ambles, Kamis (14/1).

Padahal, jalan tersebut, menjadi satu-satunya jalur alternatif, setelah jalur utama Prembun-Wadaslintang-Wonosobo di Desa Trimulyo, Selasa (12/1), putus total karena jalan ambles dan longsor.

Kepala Dusun Medono Saefudin mengatakan jika valume kedalaman jalan ambles terus terjadi dan bertambah parah, maka jalan alternatif tersebut akan sulit dilalui kendaraan bermotor.

“Bila jalan ambles terus bertambah, maka jalan alternatif ini akan ditutup. Karena jika tetap dilewati bisa membahayakan pengguna kendaraan bermotor. Jalan juga akan semakin ambles lebih parah lagi karena tak mampu menahan beban,” katanya.

Susahnya, menurut Saefudin, jika sampai jalan alternatif ditutup, sudah tidak ada jalan alternatif lain. Warga Wadaslintang pun tidak bisa lewat lagi ke Kaliwiro-Wonosobo dan sebaliknya.

Rumah Warga

blank
Warga Desa Medono Kaliwiro Wonosobo membongkar rumah yang tanahnya ambles dan retak. Foto : SB/Muharno Zarka

Tanah retak dan ambles di Desa Medono Kaliwiro, tidak hanya terjadi di jalan raya. Tanah ambles dan retak juga menimpa beberapa lokasi pemukiman warga setempat. Ada 13 pekarangan rumah warga yang retak dan ambles.

“Musibah itu menimpa jalan raya dan pemukiman warga, menyusul hujan deras yang terus turun sejak kemarin. Semula tanah retak dan ambles hanya sedikit. Tapi kini tambah luas, lebar dan dalam,” ujar Sukino, warga Medono.

Saefudin menambahkan, 13 pekarangan rumah yang ambles dan retak, milik Wagiman, Urip Prasetya, Sutiyono (RT 10), Pujo Darmono, Suratno, Cahyono, Harjono, Sulastri, Harsono, Desi, Liwen, Mantep dan Kodir (RT 08).

“Warga yang pekarangan rumah dan retak kini telah mengungsi ke rumah saudaranya. Ada juga yang rumahnya langsung dibongkar karena khawatir ambruk. Rumah dipindah ke tempat yang lebih aman,” lapornya.

Tahun 1994 yang lalu, kisahnya, di lokasi yang sama juga pernah terjadi tanah retak dan ambles. Saat itu, sebanyak 33 rumah warga rusak dan jalan raya bergelombang. Kini kejadian serupa terulang, meski dengan jumlah korban yang lebih sedikit.

Muharno Zarka