SOLOK (SUARABARU.ID)– Diusir dari rumah kontrakan lantaran berbeda pilihan di pilkada (pemilihan kepala daerah). Begitulah nasib tiga kepala keluarga (KK) yang terpaksa diusir dari rumah kontrakannya di Kandang Aur, Kelurahan Simpang Rumbio, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok, Sabtu (5/12/2020).
Naasnya, ketiga keluarga itu hanya diberikan waktu dua hari untuk pindah, jika tidak mengindahkan maka diancam dibongkar.
“Kami didatangi pemilik bangunan rumah, dia mengatakan kalau kami tidak pindah dalam dua hari bangunan akan dibongkar si pemilik tanah. Alasannya hanya beda pilihan (mendukung paslon). Saya korban politik, hanya karena perbedaan pilihan saja,” kata Misriyanto salah seorang penghuni rumah kontrakan yang diusir tersebut, Minggu (6/12/2020).
Dia menjelaskan, selain dia dan keluarganya yang disuruh pindah, ada dua keluarga lain yang juga mendapatkan perlakuan serupa lantaran punya pilihan calon yang berbeda.
“Kalau saya memilih paslon yang sesuai dengannya (pemilik tanah) insya Allah kami tidak akan diusir. Namun ini karena kami berbeda, dari tiga keluarga ini ada yang koordinator relawan, tim relawan, itu kami pada nomor 2. Padahal jatuh tempo kami membayar masih lama, tetangga saya yang satu lagi aman, tidak diusir karena KTP-nya kabupaten (beda hak pilih), jadi aman dia,” keluh Misriyanto.
Diakui, selama 3 tahun tinggal di rumah itu, dia mengaku tidak pernah memiliki masalah dengan pemilik tanah. Bahkan, katanya, dia hanya berurusan dengan pemilik bangunan, dalam hal sewa menyewa rumah kontrakan itu.
“Saya saja enggak kenal dengan pemilik tanah, saya hanya tahu si pemilik bangunan. Pemilik tanah dan pemilik bangunan ini kan berbeda, jadi pemilik bangunan ini sewa tanah dan membangun rumah kontrakan, jadi kami sewa rumah ke pemilik bangunan,” jelasnya.
Dia menjelaskan jika sejak awal ada komunikasi yang baik untuk memintanya pindah, dia pun mengaku ikhlas untuk mencari kontrakan lain.
“Kalau disampaikan ke kami dengan baik-baik, mungkin belum tahu juga jadinya saya akan memilih siapa. Kami tahu diri juga kami hanya ngontrak di sini, tapi dengan kayak gini kan tidak bagus jadinya,” kata Misriyanto.
Selain itu, dia mengaku siap dengan segala risikonya, meski dia pun merasa khawatir dengan adanya kemungkinan ancaman terhadap keluarganya.
“Saya yakin nanti bakal ada yang mau mencari saya. Tapi saya siap asal jangan sampai mengganggu anak dan istri. Karena istri juga lagi hamil nanti kalau ia banyak pikiran ikut berdampak pada calon bayinya,” katanya.
Kini, Misriyanto telah mendapatkan bantuan rumah kontrakan lain, termasuk untuk dua tetangganya yang juga diusir itu.
“Alhamdulilah kami ada yang bantu mencarikan rumah yang lain, meski tidak lagi berdekatan atau tetanggaan lagi karena rumah yang kami dapat ini beda-beda lokasi. Yang penting ada rumah, karena mayoritas pekerjaan kami di sini hanya pedagang, ada juga yang serabutan,” jelasnya.Seperti dilansir dari Siberindo.co
Sementara itu, Ketua RT setempat Yurizal membenarkan jika ada tiga keluarga yang pindah dari rumah di wilayahnya tersebut.
Claudia SB