BATAM (SUARABARU.ID)– Pembangunan Jembatan Batam-Bintan (Babin) ditandai dengan pemancangan patok titik awal, lokasi di sisi landing point di Kabil, Pulau Batam. Dari titik itu jembatan Babin akan membentang hingga titik di Pulau Batam, Tanjung Sauh, Pulau Buau, dan Pulau Bintan.
Pjs Gubernur Kepri Bahtiar Baharudin bersama Wakapolda Kepri Brogjen Pol Drs Darmawan, Danlantaman IV Laksamana Pertama TNI Indarto Budiarto, Kaskoggabwilham Kogabwilhan I Mayjend TNI Syafruddin, Pjs Walikota Batam Syamsul Bahrum dan Plh Kepala BP Batam Purwiyanto, BPN Kepri dan Sekdaporv H TA Arif Fadillah melakukan pemancangan titik awal lokasi landing point, Selasa (1/12/2020), di Kabil, Batam.
“Kita hari ini ingin membuat sejarah yang belum terselesaikan selama ini. Hari ini kita menentukan yang didiskusikan dan belum selesai-selesai,” ujar Bahtiar.
Pada kesempatan itu, mereka melakukan simbolis pemancangan tiang. Sementara, kelanjutan pembangunan, nantinya direncanakan, dilakukan tahun 2021.
“Ini lahan BP Batam, dan BP mendukung. Bahkan kalau kurang, BP siap membantu lahan,” ungkap Bahtiar.
Pada kesempatan itu, Bahtiar menyampaikan, peresmian dan penetapan titik, merupakan rencana pembangunan yang dimimpikan selama 20 tahun.
Pihaknya bersama perwakilan Kementerian PUPR, Navigasi, Pemko, Pemprov, Polda dan TNI, sudah meninjau ini rencana pembangunan Jembatan Babin.
“Sudah menggelar rapat dengan PUPR, yang sebelumnya tidak selesai-selesai, titiknya dari mana. Hasilnya, kita putuskan mulai. Kalau kebanyakan diskusi, tak jadi. Makanya saya minta mulai,” tegas Bahtiar.
Diungkapkan, sudah diputuskan tinggi jembatan di Batam ke Tanjung Sauh, 20 meter. SK untuk itu sudah ditandatangani Bahtiar. Kemudian dari Tanjungsauh ke Pulau Buau tingginya 40 meter dari pasang tertinggi. Sehingga dipastikan tingginya, bisa dilewati kapal Dewa Ruci.
“Semua kapal bisa lewat. Ini penting, karena kita berhadapan langsung dengan Singapura dan Malaysia,” kata Dirjen Polpum Kemendagri ini.
Menurut Bahtiar, ke depan jembatan ini akan memberi dampak ekonomi besar bagi bangsa ini. Jembatan ini tak hanya menyambubg pulau-pulau, tetapi juga menyambung kehidupan masyarakat.
“Kita ingin ketika disambung, kehidupan ekonomi masyarakatnya juga tersambung. Jadi apa yang berlaku disini berlaku pulau sebelah. Kalau bisa kita lakukan, saya sudah menyiapkan surat terbaik untuk dilaporkan ke Bapak Presiden. Termasuk tim yang dibentuk melancarkan kegiatan ini,” harapnya.
Bahtiar juga menyampaikan bahwa pembangunan itu juga menjadi pilot project, dalam penyelesaian masalah lahan. Pihaknya juga sudah membentuk Satgas untuk mengawal, mulai dari BPN, TNI, Navigasi, Polri, Pemprov dan lain.
Bahtiar berharap tim ini bisa mengawal proses pembangunan jembatan. Dengan demikian, ditegaskan jika kedepan, tidak ada lagi transaksi lahan diatas lahan.
“Jadi kalau ada transaksi, akan berurusan dengan Kapolda,” terangnya.
Diharapkan, pembangunan itu menjadi kebanggaan RI. Ini juga menjadi menunjukkan konsistensi dalam pembangunan. Diharapkan, kedepan, pembangunan bisa selesai dalam waktu dua atau tiga tahun.
“Kalau kita konsisten, bisa selesaikan 2 tahun dan paling lama 3 tahun. Sehingga pemulihan ekonomi, bisa dimulai dari sini,” harap dia.
Pada kesempatan itu, dia menyinggung masalah nama. Dinilai jika nama jembatan kurang tepat Jembatan Babin. Alasannya, ada empat pulau yang dillewati. Sehingga, kurang tepat kalau disebut nama jembatan Babin.
“Nanti kita pikirkan. Di kepala saya, usulkan nama gelar pahlawan. Panglima Perang, Dipertuan Muda Pertama Kelana Jaya Putra. Yang memindahkan kerajaan dari Johor. Tapi itu keputusan nanti di Presiden. Ada LAM dan tokoh-tokoh masyarakat. Raja-raja lain sudah banyak disebut (penamaan). Yang Kelana Putra Jaya malah belum ada,” imbuhnya.
Claudia SB