blank
Jono, Pedagang buah yang dirazia petugas dan meminta kembali barang-barang dagangannya yang diambil petugas Satpol-PP Kota Semarang. Rabu, (2/12/2020). Foto: Absa

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dengan menggunakan truk boks operasional, Satpol PP Kota Semarang melawan arus lalu lintas, saat menertibkan pedagang kaki lima di Jalan Arteri Soekarno Hatta Semarang, Rabu, (2/12/2020).

Pedagang buah yang sudah tua pun, dipepetkan ke mobil pikapp pinggir jalan oleh dua orang petugas, saat mengajukan keberatan atas tindakan yang dilakukan petugas Satpol-PP, karena barang-barang dagangannya diambil secara paksa.

“Itu barang saya tolong dikembalikan. Itu barang kulakan,” kata Pak Jono, pedagang buah yang diambil barang dagangannya di lokasi.

Tapi oleh petugas, barang dagangan, seperti timbangan dan buah-buahan, tetap tidak diberikan. Malah diangkut dimasukkan ke truk boks operasional petugas Satpol-PP.

blank
Petugas Satpol-PP Kota Semarang, saat meminta KTA wartawan Ahmad Syailendra di lokasi kejadian. Foto: Absa

“Ini siapa, ini siapa?” tanya seorang petugas Satpol-PP yang bernama ES, sesuai emblem nama di dadanya kepada salah satu wartawan yang ada di lokasi kejadian.

Dia membentak-bentak menanyakan status wartawan tersebut, karena mengambil gambar kejadian tersebut dan hampir merebut ponselnya, serta melarang dilakukan pengambilan gambar.

Oleh wartawan yang bersangkutan,  dijawab bahwa dirinya seorang wartawan dan memiliki hak peliputan untuk mengambil gambar kejadian berlangsung.

“Lho Saya ini wartawan. Ini tugas saya ambil gambar. Ini bukti KTA saya,” kata Ahmad Syailendra, salah satu wartawan media online sambil menunjukkan kartu wartawannya kepada petugas.

Setelah ditunjukkan KTA (kartu wartawannya), petugas Satpol-PP mengatakan bahwa jangan melakukan provokasi dan langsung pergi mengikuti truk boks operasional Satpol PP, yang melawan arus lalu lintas di Jalan. Soekarno Hatta Semarang.

Menurut Ahmad Syailendra, usai kejadian, bahwa hal itu dilakukan sebagai kontrol sosial sebagai masyarakat, terhadap tindakan yang dilakukan oleh aparat pemerintah.

“Ya penertiban boleh, tapi ya jangan sewenang-wenang seperti itu. Kasihan masyarakat lagi cari makan di kondisi pendemi seperti ini,” tandas Syailendra, wartawan yang biasa liputan di Polda Jawa Tengah tersebut menyesalkan.

Absa-trs