SEMARANG (SUARABARU.ID)– Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazismu) Jateng, menggandeng PWI Jateng, menggelar Sekolah Amil Jusrnalistik Filantropi, di Kampus Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus).
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, Senin-Selasa (30/11/2020-1/12/2020) ini, dibuka Sekretaris PW Muhammadiyah Jateng, Drs H Wahyudi, Senin(30/11/2020).
Dalam keterangannya, Wahyudi menyatakan, peran jurnalis diharapkan mampu menyampaikan informasi yang jujur, tidak kemudian membuat isu yang meresahkan masyarakat, dan membuat fitnah.
BACA JUGA : Tingginya Testing Berdampak pada Tingginya Angka Positif Covid-19 di Jateng
Dalam konteks agama, lanjut dia, sabar memiliki potensi yang luar biasa. Maka kadang banyak orang salah menafsirkan bahasa Jawa saat mengartikan sebuah jargon.
”Misalnya, alon-alon waton kelakon. Bukan bekerja santai asal kelakon, tetapi maknanya harus ada target yang matang untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, kader-kader Lazismu yang mengikuti Sekolah Amil Jurnalistik Filantropi ini harus memaknai jargon bahasa Jawa secara benar,” kata Wahyudi.
Ditambahkannya, jargon itu harus diartikan sebagai sesuatu yang bukan santai-santai saja, dalam pengembangan perolehan menghimpun zakat.
”Maka, bahasa yang digunakan para jurnalis Lazismu diharapkan bisa memakai bahasa yang sesuai dengan medianya. Harus memiliki karakter, sehingga mampu membuat orang trenyuh untuk menyalurkan zakat melalui Lazismu. Termasuk membuat kepercayaan masyarakat, karena telah men-tasyaruf-kan zakat secara benar,” imbuh dia.
Harapan Masa Depan
Sementara itu, Ketua Lazismu Jateng, H Dodok Sartono SE MM menyampaikan, Indonesia menurut riset di tahun 2018, merupakan negara paling dermawan di dunia. Dan pihaknya pun meyakini, salah satunya adalah adanya peran utama media.
Oleh karenanya, salah satu skill yang harus dikuasai amil adalah, membangun gerakan media untuk filantropi. Melalui media ini, akan menjadi langkah strategis, bagaimana gerakan penyantunan ini tidak sekadar melaksanakan tugas keagamaan, tetapi harapan di masa depan.
Apalagi sekarang menurut dia, banyak media yang sangat beragam, baik online atau cetak. Sehingga menambah dinamika untuk menyampaikan informasi tentang Lazismu kepada masyarakat.
Dipaparkan dia, Lazismu harus berubah, tidak hanya mengandalkan ritel door to door manual, apalagi target market filantropinya adalah pembayaran non tunai. Sehingga amil harus mampu memanfaatkan media online.
Gali Potensi
”Melalui Jurnalistik Filantropi ini, diharapkan Lazismu Jateng menjadi barometer di Indonesia. Untuk saat ini, penghimpunan Lazismu sudah mencapai Rp 70 miliar per tahun,” lanjut dia.
Sedangkan Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS SH menambahkan, saat ini ada pengakuan tentang pentingnya posisi media. Terutama pada tema-tema jurnalisme filantropi, untuk menggali potensi dana umat, terutama pengembangan Lazismu.
”Sebagai misal, PWI Jateng saat ini telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Jateng. Ini tidak lain ingin menebarkan virus maslahat dunia kewartawanan, sebagai hal yang bisa menjiwai dalam kehidupan kita,” jelas Amir.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor II Unimus Dr Hadi Winoto menyatakan, dirinya tidak asing dengan dunia jurnalistik. Dia pernah menjadi kontributor sebuah media, hingga sampai bangku kuliah.
”Lazismu harus mendekati media. Kalau sekarang ini banyak online, maka harus diberdayakan ke media online,” tegasnya.
Riyan-Sol