blank
Dr Lestari Nurhajati (kiri) dan Dr Frida Kusumastuti (kanan). Foto: dok/ist

MALANG (SUARABARU.ID)– Perkembangan teknologi digital yang ada saat ini, mau tidak mau menuntut literasi informasi dengan menggunakan media digital. Penggunaan media digital itu, kini banyak dilakukan generasi muda yang masuk kategori native digital.

Namun ada temuan menarik dari riset yang dilakukan Dr Lestari Nurhajati dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta, bersama Dr Frida Kusumastuti dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pada kelompok mahasiswa baru angkatan 2020. Kedua peneliti itu merupakan Dosen Ilmu Komunikasi, yang juga merupakan anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) Indonesia.

Dari hasil riset yang dilakukan pada para mahasiswa baru itu terungkap, cara pencarian informasi di kalangan mahasiswa baru, yang kemudian dinamakan sebagai Generasi Z itu, tidak banyak berubah seperti saat mereka masih di bangku sekolah menengah.

BACA JUGA : Lama Belajar di Rumah, Komisi D Minta Ada Recovery Psikis Bagi Siswa

”Saat menggunakan buku sebagai sumber informasi, mereka memilih hanya berdasarkan judul buku. Tidak melihat siapa nama pengarang dan kredibilitas pengarangnya. Begitu pula dalam mencari informasi di media digital,” ungkap Dr Lestari Nurhajati, dalam paparannya yang dia sampaikan belum lama ini, pada acara webinar bertemakan ‘Sejarah Gerakan, Peta, dan Paradigma Literasi Indonesia: Perkembangan dan Pencapaian’.

Menurutnya, para mahasiswa juga tidak melihat kredibilitas sebuah sumber informasi, melainkan hanya melihat topik yang dibutuhkan saja. Kalau pun ada yang memilih informasi atau pesan dari influencer, mereka merasa cukup melihat kredibilitas influencer dari reputasinya yang tidak meng-endors barang KW, bukan soal kepakaran influencer.

”Ini menunjukkan, kurangnya daya kritis di kalangan mereka sebagai salah satu kompetensi literasi,” imbuh dia.

Sementara itu, Dr Frida Kusumastuti menyebutkan, tantangan terbesar yang dihadapi para mahasiswa baru ini adalah, pengembangan kemampuan berpikir kritisnya.

blank
Webinar bertemakan ‘Sejarah Gerakan, Peta, dan Paradigma Literasi Indonesia: Perkembangan dan Pencapaian’ ini, diikuti lebih dari 300 peserta, dengan 65 paper terpilih. Foto: dok/ist

Langkah Besar
Hal itu juga disampaikan Dr Frida pada kesempatan yang sama, saat pemaparan hasil penelitiannya berjudul, ‘Potensi Generasi Z dalam Pencapaian Literasi Informasi dan Literasi Digital di Indonesia

Dia berpendapat, pemahaman dan konsep literasi informasi dan literasi digital seringkali dipisahkan sedemikian rupa. ”Mestinya di masa kini, literasi digital merupakan langkah besar untuk menyatukan semua gerakan literasi pada Generasi Z,” ungkap Dr Frida.

Analisis itu, dijelaskan olehnya, diperkuat dengan hasil penelusuran menggunakan teknik Big Data Analysis Talkwalker.com, tentang perbincangan digital literasi dan digital informasi. Dalam seminggu penelitiannya di awal Oktober 2020, perbincangan tentang literasi digital maupun literasi informasi, dimonopoli generasi muda usia 18-24 tahun.

”Dari data olahan itu terlihat jelas, Generasi Z inilah yang dominan menjadi pelaku dari proses literasi informasi dan literasi digital,” tukas Dr Frida.

Webinar ini sendiri diselenggarakan oleh Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) bersama Komunitas Taman Baca, dan didukung Perpustakaan Nasional. Peserta dalam kegiatan ini, diikuti lebih dari 300 peserta, dengan 65 paper terpilih.

Riyan