Anis Sakdiyah, SE yang lebih dekenal dengan sapaan Nasya.

JEPARA (SUARABARU.ID) – Perjalanan panjang , ketekunan dan kesungguhan menapaki karier sebagai seorang  penyiar  mengantarkan Anis Sakdiyah, SE  menjadi  salah satu penyiar yang ditunggu kehadirannya oleh pendengarnya. Bahkan nama asli perempuan mungil ini kemudian nyaris tenggelam oleh kebesaran nama  udaranya, Nasya.

Ia salah satu penyiar Radio Kartini FM Jepara. Nasya  bergabung di radio milik Pemerintah Kabupaten Jepara sejak pertengahan tahun 2002. Sebelumnya Ia berada di Radio Pesona Jepara beberapa bulan.

Nasya bersama keluarga tercintanya

Menjadi penyiar menurut Nasya bukan cita-citanya sejak kecil. “Menjadi seorang jurnalis yang tulisnya dibaca dan mampu mempengaruhi  orang atau menjadi  sekretaris diperusahaan meubel adalah cita-cita saya sejak awal,” ujar Ibu dua anak,  Haydar Ahmad An Nasyafi dan Naysilla Khanza Ahmad, buah pernikahan  dengan Sholeh Ahmad. Mereka menikah  29 Januari 2006.

Nasya mengaku.  Ia sama sekali tidak pernah berfikir untuk menjadi seorang penyiar. “Disamping  merasa tak punya modal pengetahuan untuk terjun didunia penyiaran, juga tidak punya cita-cita menjadi penyiar,” ujar perempuan mungil lulusan SMA Islam   Jepara.

Nasya bersama crew Radio Kartini FM Jepara

Ia lantas menceriterakan kisah pertemuannya dengan sang mentor, Togar Sugiyarto yang kala itu  lagi mencari talent penyiar. “Namun saya mengajukan lamaran pekerjaan  menjadi  tenaga administrasi. Namun setelah dipanggil sebulan kemudian saya ditawari menjadi Penyiar Radio Pesona,”ujar Nasya mengenang awal perjalannya menjadi seorang penyiar.

Awalnya saya ragu karena memang tidak memiliki bekal menjadi seorang penyiar. “Namun mas Togar yang kala itu juga menjadi penilik di SMPN 3 Jepara  memberikan motivasi dan sekaligus bersedia untuk membimbing saya,” ujar Nasya. Dengan bimbingan  beliau saya bisa menjadi penyiar seperti sekarang ini.

Disamping itu Nasya juga mengungkapkan bimbingan Pak Hadi Priyanto sejak Ia bergabung di Radio Kartini 19 tahun yang lalu. Kala itu beliau  menjadi Kepala Studio Radio Kartini hingga tahun 2017.

“Karena beliau saya bisa berada didunia penyiaran bersama radio yang membesarkan nama saya hingga sekarang, Radio Kartini FM Jepara. Bahkan kemudian saya diangkat menjadi PNS,”  kenang Nasya.

Nasya kini ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang staf di Dinas Kominfo Jepara masih menjalani dengan setia profesi yang menjadi jalan dari  Tuhan menapaki kehidupannya. Setiap jam  08.00 – 12.00,  Nasya masih  menyapa pendengarnya di acara Ruang Keluarga dan Pasar Goyang.

Menurut Nasya radio adalah satu suara berjuta telinga. “Karena itu seorang penyiar harus memiliki waktu untuk mempersiapkan materi siarannya.Sebab apa yang disampaikan seorang penyiar bukan saja memiliki fungsi menghibur, tetapi juga mendidik dan memberikan informasi, motivasi dan bahkan inspirasi  yang bermanfaat bagi pendengarnya,” ujar Nasya. Itu kunci seorang  penyiar, ujar Nasya.

Karena itu Nasya memiliki banyak pendengar setia. “Semula saya tidak pernah berfikir ada pendengar yang kemudian datang dengan membawa aneka makanan kecil dan bahkan  ada yang bercerita kalau anaknya dikasih nama yang sama dengan nama saya. Itu buat saya sesuatu yang tak pernah saya impikan dan sekaligus mengharukan,” ujar Nasya yang memiliki pendengar bukan saja berada di Jepara, tetapi juga Kendal, Batang, Semarang  dan Temanggung.

Nasya juga mengaku memiliki pengalaman yang sangat  berharga ketika berkesempatan bertemu orang – orang hebat melalui talkshow. Dulu hanya bermimpi bahkan tak pernah berfikir untuk berdialog dengan  seorang Bupati. Namun kini sudah tercapai angan-angan  itu. “Pengalaman-pengalaman  itu yang membawa proses menjadi seorang penyiar profesional,”tutur Nasya.

Ketika ditanya tentang keinginannya, alumnus Fakultas Ekonomi Untag Semarang  tahun 2018 ini hanya ingin terus mengabdi untuk  Jepara tercinta, melalui Radio Kartini FM Jepara. Satu suara sejuta telinga, itu juga menjadi motivasinya untuk menyapa dan memberikan inspirasi  pendengar setianya dengan segenap hati dan jiwanya.

Rdks –  Ulil Abshor