blank
Demo menolak Aksi Anarkis oleh Gerakan Warga Cinta Damai Kota Semarang (KANTATA SEMAR) di Depan Kantor Gubernur Jateng, Selasa (13/10/2020).

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sedikitnya 100 orang warga Semarang menggelar aksi damai di depan kantor Gubernur dan DPRD Jawa Tengah, Selasa (13/10). Aksi mereka, menolak anarkisme yang terjadi saat demo beberapa waktu lalu di Semarang.

Dalam aksinya, peserta aksi yang menamakan diri Gerakan Warga Cinta Damai Kota Semarang (Kantata Semar) itu beberapa mengenakan baju adat hingga kostum punokawan.

Selain itu, ada pula yang mengenakan baju pengantin jawa yakni beskap dan kebayanya serta ada yang berkostum gatotkaca. Bahkan, massa aksi juga membawa simbol warak ngendok.

Aksi dimulai dengan longmarch dari patung Diponegoro jalan Imam Barjo, Pleburan, Semarang. Kemudian peserta aksi menuju ke depan kantor Gubernur dan DPRD Jateng.

Setibanya di depan kantor Gubernur, massa membentuk barisan dengan dikawal oleh kepolisian yang mengatur arus lalu lintas. Aksi dilanjutkan dengan pertunjukkan seni tari gambyong.

“Kami di sini ingin menunjukkan bahwa Warga Kota Semarang cinta damai. Ingin memperlihatkan aksi damai yang santun,” kata Suhendro, warga Lamper Tengah saat ditanya alasan aksinya.

Lebih lanjut, Suhendro mengatakan, aksi tersebut merupakan respon dari peristiwa anarkisme pada demo yang terjadi Rabu 7 Oktober lalu. Dirinya mengutuk aksi oknum yang justru merusak.

“Karena disaat negara dalam kondisi seperti ini, kita harus memandang dan melakukan yang lebih baik,” kata Suhendro.

Sementara itu, Suhendro juga menegaskan menolak keras kekerasan yang terjadi di Semarang baik dalam demo maupun lainnya. Dia mendukung penegak hukum untuk menindak tegas dan memberikan sanksi tegas.

“Untuk itu kami mendukung pihak aparat supaya mengambil tindakan seadil-adilnya kepada mereka yang sudah berani melakukan pengrusakan di Kota Semarang tercinta ini,” tandasnya.

Aksi damai tersebut, tak berlangsung lama. Usai pertunjukkan tari dan orasi tentang penolakan anarkisme, massa aksi kembali longmarch ke arah Taman Indonesia Kaya.

Hery Priyono