KUDUS (SUARABARU.ID) – Manajer PB Djarum Fung Permadi mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga pendekatan sport science yang diterapkan dalam proses pembinaan atlet bulu tangkis di klub yang berpusat di Kudus, Jawa Tengah itu.
“Untuk penerapan sports cience yang paling utama ada tiga hal, yaitu tim fisio untuk pencegahan penanganan dan rehabilitasi cedera atlet, kedua pelatihan aspek fisik sesuai perkembangan ilmu tentang fisik, dan kecukupan nutrisi atlet sesuai dengan ilmu gizi,” kata Fung Fermadi dalam program bincang media PB Djarum secara virtual, Senin (7/9)
Fung tak menampik bahwa model penerapan sport science semakin beragam seiring perkembangan zaman. Namun PB Djarum hanya menerapkan beberapa pendekatan yang memang cocok dengan metode pelatihan PB Djarum.
“Sekarang banyak alat-alat latihan fisik dan metode latihan, tetapi kami juga harus bijak menentukan mana yang cocok untuk diterapkan,” ujarnya.
Pendekatan sport science itu sebetulnya, kata Fung, sudah diterapkan sejak lama untuk pembinaan atlet usia dini kelompok usia U-11 hingga U-19 di PB Djarum. Saat ini total ada 216 atlet muda yang dibina di Kudus, 41 di antaranya sudah dipanggil ke Pelatnas PBSI.
Kemenpora saat ini memang tengah gencar mendorong seluruh elemen olahraga untuk memaksimalkan penerapan sport science di Indonesia. Semua program latihan para atlet harus memiliki landasan sport science yang kuat.
Ada beberapa hal yang difokuskan pemerintah, di antaranya penggunaan teknologi biomekanika untuk menganalisa kemampuan gerak, kajian sport medicine untuk mengakselerasi kemampuan fisiologi dan pemanfaatan instrumen tes yang tepat bagi atlet.
Selanjutnya, sport science juga harus mampu memprediksi dan membandingkan hasil dari tes yang dilakukan sekaligus mengembangkan dan meningkatkan prestasi olahraga.
Demi mencapai prestasi maksimal, Kemenpora telah memfokuskan pembahasan soal sport science dalam grand design olahraga nasional yang saat ini sedang digarap.
“Kenapa sport science? Karena yang dilibatkan atlet adalah tubuh. Di dalam tubuh ada unsur-unsur, seperti tulang, syaraf, asupan gizi yang di situ akan jadi kekuatan pendongkrak semua komponen tubuh,” kata Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta, Agustus lalu.
Grand design yang masih dalam tahap uji publik itu diharapkan bisa segera disahkan dalam waktu dekat ini sehingga nantinya bisa digunakan sebagai panduan bagi klub-klub daerah dalam pembinaan olahraga, khususnya usia dini.
Ant-Tm