blank
Kantor Dinkes Bantul. Antara

BANTUL (SUARABARU.ID) – Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan tambahan makanan dan gizi kepada bayi usia bawah lima tahun atau balita melalui kader-kader pos pelayanan terpadu atau puskesmas yang ada di tiap-tiap pedukuhan selama musim pandemik COVID-19.

“Pemberian gizi tetap kita berikan melalui kader PKK (pemberdayaan kesejahteraan keluarga) di posyandu secara ‘door to door’, jadi kelompok keluarga yang mungkin dekat jaraknya tidak terlalu jauh dijadikan satu,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Bantul Fauzan di Bantul, Minggu.

Menurut dia, pemberian gizi kepada balita dari rumah ke rumah itu karena dalam pencegahan stunting atau kekerdilan harus ada pemeriksaan kondisi balita yang kontinyu, tidak cuma diberikan di awal kemudian berhenti, sementara dalam kondisi pandemik COVID-19 pengawasan pemantauan tinggi badan balita ini agak terhambat.

Dia mengatakan, hal itu karena tidak boleh ada kegiatan pengumpulan massa dalam satu titik, termasuk di kegiatan posyandu yang selama ini rutin diselenggarakan di tingkat pedukuhan, sebagai upaya penerapan protokol kesehatan pencegahan penularan virus Corona baru.

“Jadi kita memang memberikan kelonggaran kepada teman-teman puskesmas sebagai ujung tombak di masyarakat silakan dalam pengukuran tidak harus membuka posyandu bareng-bareng, karena memang di Bantul masih dalam suasana belum zona hijau atau belum aman dari COVID-19,” ujarnya.

“Maka itu silahkan dari kader ‘door to door’, artinya jangan sampai kita kehilangan data pertumbuhan balita yang harusnya tiap bulan ada pemantauan, karena sejak Maret sampai Agustus kegiatan terhambat, makanya jangan sampai kita tidak tahu peta perkembangan dan tumbuh kembang balita,” tuturnya.

Fauzan mengatakan, dalam penanganan stunting itu juga selalu diberikan makanan tambahan, pemberian tablet vitamin, kemudian edukasi-edukasi kepada orang tua balita, akan tetapi secara menyeluruh hasil dari tindak lanjut yang dilakukan tersebut sudah efektif atau belum, belum ada evaluasi.

“Jadi apakah selama ini kita berikan tindakan pemantauan, memberi makanan bergizi tambahan itu sudah sesuai dengan harapan kita atau belum, ini belum kita evaluasi secara menyeluruh, karena memang datanya belum bisa kita ambil semua,” ucapnya.

Sementara itu, terkait dengan data balita stunting di wilayah Bantul yang terdata terakhir pada Dinkes, sebanyak 7,73 persen dari seluruh balita yang ditimbang.

“Saya lupa jumlah secara angkanya, tetapi persentasenya masih rendah dibanding yang nasional,” katanya.

Ant/Muha