blank
JC Tukiman Tarunasayoga

Oleh: JC Tukiman Tarunasayoga

 DAPATKAH seseorang atau sekelompok orang itu tiba-tiba berubah pendapat atau pikirannya; misal dulu benci, sekarang menyenanginya?

Sebutlah sebagai contoh paling gres (anyar), ada orang (mungkin juga kelompok) dulunya karena belum paham tentang Pancasila, ia/mereka tidak suka, namun kemudian berubah menyukainya. Mungkinkah itu? Jawab saya sangat keras-antusias: Sangat mungkin!!

Ada banyak contoh dalam kehidupan ini yang membuktikan betapa orang atau kelompok itu tiba-tiba malik tingal, yaitu ganti panemu, nyelaki kaantepane biyen; artinya  orang berubah pendapatnya, bahkan bisa jadi bertentangan dengan yang dulu-dulu dilakukan/diyakininya.

Orang dulunya perokok berat, sudah tergolong kategori ahli hisap; tetapi karena suatu hal, ia dapat berhenti total bahkan menyingkir ketika ada orang merokok di sebelahnya karena tidak tahan lagi kena bau asapnya.

Bagaimana Mungkin?

Bagaimana mungkin malik tingal terjadi? Sebagai insan beriman kepada Allah, kita pasti percaya betapa tidak ada yang tidak mungkin bagi/pada Allah; dan kalau Allah telah berkehendak, apalah artinya insan butiran debu ini?

Ada contoh tokoh sangat kuno dulunya bernama Saulus, sangat membenci suatu paham keagamaan; tetapi dalam suatu peristiwa dalam perjalanannya ke Kota Damsyik, Saulus bak disambar petir malik tingal, lalu berubah pendapat maupun keyakinannya: Dulu benci, berubah menjadi sayang, dulu mengejar-kejar orang-orang yang berpaham berbeda, lalu berubah justru kemudian mengikuti paham itu.

Dalam bahasa orang percaya, kejadian malik tingal seperti itu harus dimaknai sebagai besarnya kuasa dan campur tangan Allah; dan dalam bahasa manusia butiran debu ini, sikap malik tingal harus dilihat sebagai karsa Dalem Gusti.

Apakah malik tingal terjadi karena sepenuhnya kuasa Illahi?  Tidak mungkinkah malik tingal semata-mata pokale manungsa, sebutlah sekedar taktik-tiktok agar memperoleh simpati?

Malik tingal hanya sebuah basa-basi sangat boleh saja terjadi, tetapi ingat kalau sejak awal malik tingal sengaja dilakukan sekedar basa-basi, taktik licik atau curang; yen kuwalat embuh lho ya.

Artinya, orang atau kelompok itu sejak awalnya sengaja bersikap main-main belaka dengan malik tingal-nya, seolah-olah serius menghayati sebagai campur tangan Illahi, padahal itu tipuan belaka;  Wah…kalau benar begitu adanya, orang itu berarti nantang Gusti Allah. Adakah orang senekat itu? Merinding saya membayangkannya saja, apalagi kalau kenyataannya benar-benar ada/terjadi. Duh Gusti!!

Lihat Dampaknya

Di samping yang telah dikatakan di atas; masih ada sejumlah alasan lain mengapa orang tiba-tiba malik tingal; namun yang terpenting sekarang ialah melihat hasil dari malik tingal itu seperti apa?

Bahkan pertanyaan dapat lebih spesifik lagi sekarang, yakni: Dalam waktu dekat , ada dampak (positif) apa saja setelah terjadi malik tingal itu? Seperti ahli hisap yang bertobat lalu tidak merokok lagi, dampak positif cepatnya ialah dia benar-benar menjauhi rokok, bahkan bau asapnya pun langsung membuat dia muak.

Dampak itu pasti dan harus terlihat bukan nanti-nanti, tetapi saat sekarang pun harusnya sudah terlihat. Contoh malik tingal tentang Pancasila di atas, dampak positifnya tidak usah ditunggu sampai tahun depan, karena sekarang pun sudah dapat dideteksi: Benarkah perubahan dari dulunya tidak senang dan sekarang menyatakan senang, telah terbukti/terjadi?

Ada langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan untuk menyatakan senangnya itu? Langkah itu berarti tindakan positifnya, bukannya tindakan negatif. Mengapa penting dampak positif? Sebuah pertobatan pasti menghasilkan atau berdampak positif, dan tidak ada pertobatan berdampak negatif.

Artinya, kalau tidak ada dampak positif atas malik tingal, yaaaa…. Itu namanya sama aja bo’ong, main-main, dan awas lho berarti harus siap mempertanggungjawabkannya. Kepada siapa harus siap mempertanggungjawabkan ketidakseriusan itu? Konon katanya semua pertanggungjawaban itu bermuara kepada Pencipta, bukan?

Dampak positif bukan sekedar dirasakan secara internal, melainkan lebih-lebih harus dirasakan oleh semua pihak, termasuk utamanya yang eksternal.

Sekecil apa pun jika dampak positif itu terjadi, justru mulai dari yang kecil-kecil itulah akan membawaserta perubahan positif lebih besar. Ini yang dinanti oleh oleh siapa pun, yaitu mulai terjadi dan terasakannya dampak positif dari sebuah berubahan sikap malik tingal..

(JC Tukiman Tarunasayoga, pengajar pascasarjana dalam matakuliah Pengembangan Masyarakat)