KUDUS (SUARABARU.ID) – Gubernur Jateng Ganjar Pranowo terpukau dengan inovasi petani muda asal Kabupaten Kudus. Sebab yang bersangkutan berhasil menanam melon tanpa pestisida sehingga aman dikonsumsi.
Adalah Stevanus Rangga Santoso, Founder CV Santoso Agro yang berhasil menanam melon menggunakan inovasi greenhouse tanpa pestisida. Ganjar bersama rombongan meninjau tempat penanamannya di Jalan Lingkar Barat, Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Rabu (1/72020).
Pertanian di dalam greenhouse adalah sistem produksi pertanian yang mengabungkan pemanfaatan perlindungan tanaman dari intensitas hujan, sinar matahari dan iklim mikro, yang mengoptimalkan pemeliharaan tanaman, pemupukan dan irigasi mikro, sehingga mampu meningkatkan produksi buah.
“Kita di sini melihat anak kreatif, si Rangga (Stevanus Rangga) ini. Muda, mau bertani, produknya sangat sale-able (menjual) . Dengan teknologi tinggi,” kata Ganjar saat di lokasi.
Sosok petani muda ini, menurutnya, amat menginspirasi. Terutama di masa pandemi, di mana ekonomi sedang lesu. Ganjar memuji tindakan Rangga. Karena mampu memproduksi produk pertanian berkualitas.
Bahkan, berdasarkan keterangan Rangga bahwa produk melonnya mempunyai pasar yang bagus dan berpeluang besar untuk berkembang. “Maka untuk nambah berapapun, sebenarnya kapasitasnya, produk melon saja, marketnya enggak akan habis. Itu baru (market) Jakarta, belum yang lain,” imbuh Ganjar.
Gubernur menilai tindakan memulihkan ekonomi seperti ini amat baik. Ditambah lagi, ini merupakan produk dalam negeri. Tindakan ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bersama membangkitkan ekonomi. Dengan demikian dari produk melon saja, kebutuhan bisa terpenuhi dengan teknologi yang canggih, berarti ada optimistis tinggi untuk kembali menumbuhkan perekonomian. “Cukup sangat membantu luar biasa,” ujarnya.
Ganjar juga yakin jika produk melon karya petani muda Kudus ini akan mampu menembus pasar ekspor. Mengingat kualitasnya yang luar biasa. “Bahkan dunia juga bisa,” ujar Ganjar.
Stevanus Rangga menjelaskan konsep pertanian melon yang dia pakai merupakan wujud aplikasi teknologi di pertanian. Yakni dia menanam dengan sistem hidroponik, tanpa tanah supaya tidak megandung kadar pupuk sama sekali.
“Sehingga 100 persen, hasil yang kita tumbuhkan tergantung dengan komposisi yang kita berikan. Misalnya saya mau awal pertumbuhannya, daunnya mau saya besarkan sekian. Saya kasih pupuk nitrogen sekian PPM (Part Per Million atau seperjuta bagian yang merupakan satuan pada pengukuran nilai kepadatan suatu zat di dalam air),” jelas Rangga.
Hal itu berlaku juga untuk buah yang misal mau dibesarkan seberapa ukurannya, petani tinggal menambah zat lainnya. Artinya, dengan teknologi pertanian ini pihaknya bisa mengontrol. Hal itu berbeda jika penanamannya dilakukan di atas tanah. Yang berujung pada sulitnya pengontrolan tanaman.
Dia menuturkan hasil buah melon yang diharapkan adalah buah yang premium. Tentunya yang memiliki pasar bagus. Serta sehat untuk dikonsumsi lantaran minim kandungan pestisidanya. “Yang lagi ditanam ini jenis melon Jepang, melon Eropa, ada melon China, melon Jawa,” jelasnya.
Dengan masa panen bervariasi, atau setidaknya 60 hari hingga 80 hari bisa panen. Saat ini untuk hasil panennya pernah dikirim hingga Singapura. “Kualitasnya mereka cocok,” ungkap Rangga.
Hery Priyono