SEMARANG (SUARABARU.ID) – Untuk yang keenam kali, Panggung Kahanan digelar di lapangan tenis, kompleks rumah dinas Gubernur Jateng, Puri Gedeh di Jalan Gubernur Budiono Semarang. Panggung Kahanan ini disiarkan secara live streaming pada kanal youtube dan facebook @Ganjar Pranowo.
Mengingat panggung ini digelar dalam masa covid-19, maka yang hadir pun tak banyak. Mereka duduk diatur, disediakan dhingklik berjarak satu dengan yang lain, sesuai dengan protokol kesehatan. Di antara yang hadir beberapa pejabat Bank Jateng dan juga Gubernur Ganjar Pranowo.
Dibuka oleh pelawak Sarjoe Holic sebagai pembawa acara, pentas Jumat petang (15/5) itu dimulai pukul 15.30. Sarjoe mengaku, dia sudah cukup lama tidak pegang mike, karena puluhan job dibatalkan. Dia juga berterima kasih atas adanya Panggung Kahanan ini, setidaknya dia bisa merasakan pegang mike lagi.
Diawali dengan penampilan dua penari dari Sanggar Omah Biyung Sapala sebagai pembuka. Usai penampilan tari, dilanjutkan dengan kelompok musik dari Temanggung, Ari Kurniawan n Friend yang menampilkan beberapa lagu. Satu di antaranya tentang pandemi corona, kemudian lagu yang lain Esok kan Masih Ada-nya Utha Likumahuwa, serta beberapa lagu instumental dengan permainan klarinet Ari Kurniawan.
Dirut Bank Jateng
Usai penampilan kelompok dari Temanggung tampillah band Bank Jateng Junior dengan beberapa lagu milik Didi Kempot. Namun yang paling menarik, di antara para pemain band ini adalah Nano Supriyatno, Dirut Bank Jateng. Nano tak sekadar menonton, tetapi turun sebagai awak band.
Dengan klarinetnya, Nano tampil sangat luar biasa. Dengan wajah masih tertutup masker, dia memainkan klarinetnya dengan beberapa lagu instrumentalia. Penonton yang ada di lapangan tenis Puri Gedeh pun terpesona pada permainan klarinet maut sang Dirut.
Tampil dengan beberapa lagu, tentu sangat menyita energi, apalagi ini dimainkan pada bulan puasa menjelang masa berbuka. Mengenakan T-shirt bertuliskan No Mudik No Cry, Nano Supriyatno tampak total memainkan klarinetnya.
Tak hanya memainkan alat musiknya bersama awak band lain, tetapi dia pun berjalan sambil meliuk-liuk, seirama dengan lagu yang dimainkannya ke kursi penonton. Yang menarik, tiba-tiba saja di duduk di dhingklik sambil terus bermain. Lalu berhenti beberapa jenak, tampak dia berististirahat sejenak, meski lagu belum usai. Kira-kira setengah sampai satu menit kemudian kembali ditiupnya klarinet, meneruskan lagu yang terjeda.
Sebelum tampil, Supriyatno menyampaikan, bahwa acara yang merupakan ide Gubernur Ganjar Pranowo ini untuk menghibur masyarakat. Tetapi selain itu, Bank Jateng juga memfasilitasi dengan membuka rekening donasi untuk para seniman.
“Donaturnya luar biasa dari Jawa Tengah, bahkan Tokyo, Singapura, Hong Kong, dan sebagainya. Ini bulan Ramadan, bulan ladang amal memberi kesempatan pada para seniman untuk tampil,” kata Supriyatno.
Sementara Sarjoe dalam kesempatan itu menyampaikan, donasi yang sudah masuk mencapat Rp 333 juta lebih. “Terima kasih kepada para donatur,” kata Sarjoe.
Geguritan dan Puisi
Setelah band Bank Jateng Junior kemudian tampil penggurit (penulis puisi berbahasa Jawa) Widiyartono R, yang juga wartawan SUARABARU.ID. Dia membacakan tiga geguritannya. Yang pertama berjudul Awakmu Isih Arep Adu Siasat?
Ini bait pertama geguritan karyanya:
Awakmu isih merkarakke ra rampung-rampung
Perkara tembung mudik karo bali kampung
Kangmangka dalan-dalan wis disumpel
Lan saya akeh wong sing dadi mangkel
Kemudian ini petikan bait terakhirnya
Saya mrene saya akeh wong sing mati
Wong mlarat kesrakat uga saya ndadi
Tekan kapan kowe arep adu siasat
Awakmu isih arep nerusake debat?
Dia mempertanyakan, mengapa masih saja orang berdebat untuk perkara yang sebenarnya tidak substansial, sementara ada perkara yang lebih besar. Pandemi merajalela, perekonomian guncang, semakin banyak orang mati, tetapi masih saja ada yang suka berdebat.
Kemudian yang kedua berjudul Topeng-Topeng, tentang kita yang sekarang harus pakai masker. Seperti komik dan film lama, orang yang bermasker adalah penjahat. Tetapi masa sekarang semua bermasker, tak lagi tampak mana yang baik mana yang jahat.
Kemudian yang terakhir Kabar saka Anakku, tentang seorang ayah yang anaknya merantau di tempat jauh. Tidak mungkin mudik, sementara kerinduannya untuk menengok dan bertemu orang tua dan keluarganya harus ditahan karena pandemi ini, tak bsia berziarah ke makam kakek-nenek yang disayanginya.
Ini bait-bait terakhir geguritan itu:
Nanging Bapak, anakku wangsulan
Bakda mangke mboten saged mantuk
Mboten saged nyekar ing pesareyanipun simbah
Mboten kepanggih sedherek sagotrah
Lan ingkang mesthi, kula mboten saged ngedhapi
Masakanipun ibu ingkang kula kangeni
Wis ta, Cah Ayu, kuwatna atimu
Ngampeta sawetara wektu
Sarampunge pageblug iki
Bapak-ibu bakal enggal nyusul awakmu
Setelah Widiyartono tampil Bambang Markus membawakan beberapa puisi dengan tema yang sama, tentang tidak bisa mudik dan wabah pandemi corona.
Gubernur Ganjar Pranowo juga tampak hadir di tengah para penonton, dan menyaksikan acara hingga hampi usai, menjelang magrib.
Panggung Kahanan sore ini memang tampak berbeda. Dari tari, puisi, geguritan, sampai klarinet maut sang Dirut Bank Jateng.
Tony RS