MAGELANG (SUARABARU.ID) -DI masa kecilnya pernah menjadi tukang loper koran dan kini menjadi Jenderal TNI. Itulah Mayjen TNI Dudung Abdurachman yang kini menjabat Gubernur Akademi Militer (Akmil) Magelang.
Pengalaman itu diceritakan Mayjen Dudung ketika memberi pengarahan kepada Taruna Akmil Tingkat I, II dan III, Senin (11/5). Kegiatan itu dilaksanakan di Gedung Lily Rochly Akmil.Dihadiri Wagub Akmil Kolonel Inf I Gde Agit Thomas, pejabat distribusi, para pengasuh taruna/taruni tingkat I,II dan III, dan 888 taruna/taruni.
Dalam pengarahan tersebut Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengawali dengan menceritakan pengalamannya dari SMP sampai dengan saat ini. Dia yang dilahirkan di Bandung16 November 1965 merupakan putra pasangan Nasuha dan Nasyati. Menyelesaikan sekolah dari SD sampai SMA di Kota Bandung (1972-1985).
Lulus SMA tahun 1985 kemudian mendaftar Akabri Darat. Dia melaksanakan pendidikan Akmil sampai 1988 dengan menyandang pangkat letnan dua. “Ada tantangan yang harus dihadapi, ada perjuangan yang harus dimenangkan. Itulah hidup,” katanya.
Dikisahkan, tahun 1981 ketika dia kelas 2 SMP, ayahnya.yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Bekangdam III/Siliwangi meninggal dunia. Untuk membantu perekonomian keluarga, akhirnya dia mencari nafkah sebagai loper koran. Pekerjaan itu dilakukan sebelum berangkat sekolah.
Tekad Bulat
Sejak kecil dia sudah membulatkan tekad ingin menjadi tentara. Profesi itu selalu memanggil karena dia hidup dan tinggal di barak. Profesi itu didambakan sebagai upaya meringankan beban ibunya untuk membiayai pendidikan delapan saudara kandungnya.
Diceritakan, berbagai pekerjaan pernah dilakukannya untuk membantu ibundanya. Menjual kue tampah di perempatan Jalan Belitung di sekitar Kodam III/Siliwangi juga pernah dilakukan. Menjadi loper koran dia lakukan ketika duduk di bangku SMA Negeri 9 Bandung.
Dalam usia belia, dia sadar hidup itu juga berisi kerja keras, tekad dan upaya yang tanggap untuk mengejar mimpi. Apa yang tampak sebagai keberhasilan saat ini, sebetulnya hasil jatuh-bangun yang lama dan dalam, yang orang lain tak pernah melihatnya. Kepedihan hidupnya di masa kecil dan kepatuhan serta cintanya kepada kedua orang tua, justru menjadi pendorong semangatnya sampai ke titik tertinggi.
“Saya dibentuk oleh kepedihan hidup, doa yang tak putus dari ibunda juga almarhum ayah, didikan orangtua serta keluarga yang penuh kasih sayang dan tempaan keras Akademi Militer di Lembah Tidar Magelang,” katanya.
Seni Kepemimpinan Militer Indonesia adalah jejak pengalaman hidup dan gaya memimpin Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Di sisi yang lain Gubernur Akmil juga menekankan bahwa,seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab dengan keputusan yang dibuat.
Dalam kesempatan tersebut dia juga menyampaikan tentang rencana perubahan kecabangan taruna, yaitu Satpur (Satuan Tempur) seperti Inf (Infantri) dan Banpur (bantuan tempur) contohnya Kav (Kavaleri), Arm (Arteleri Medan), Zipur ( Zeni Tempur).
Eko Priyono