SEMARANG (SUARABARU.ID) – Perpaduan cara tradisional dan ilmu pengetahuan merupakan jurus inti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam menangani COVID-19. Cara ini dinilai sangat ampuh dengan bukti angka pasien terkonfirmasi positif di Jateng lebih rendah daripada provinsi besar lain, juga yang sembuh lebih banyak dibanding yang meninggal.
Cara tradisional pertama yang Ganjar lakukan adalah dengan memberi pemahaman langsung kepada masyarakat secara door to door. Satu bulan sudah secara intens setiap hari Ganjar keliling bersepeda menemui masyarakat. Cara tersebut menurut ahli matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta, Sutanto Sastroredja memiliki efektivitas yang tinggi dalam menerapkan langkah preventif.
“Karena setelah melakukan itu Ganjar langsung menyebarkan di media sosial sehingga pembelajarannya bisa dinikmati masyarakat luas, bukan hanya Jawa Tengah tapi Indonesia, bahwa Corona ini bukan hanya membahayakan diri secara personal tapi seluruh masyarakat secara nasional bahkan global,” katanya, Senin (20/4).
Langkah tradisional itu dilengkapi dengan komunikasi intens dengan kepala desa di seluruh Jawa Tengah. Dia menularkan cara-cara dasar pencegahan sampai penanganan. Penyandang doktor matematika Universitas Bordeaux itu mengatakan langkah tersebut membuat Ganjar kaya data sekaligus kaya kaki tangan untuk pencegahan.
“Ganjar sangat memahami data dan kerja teknis di lapangangan. Beliau orang yang cepat dan mau belajar. Termasuk bagaimana mengoperasikan PCR, VTM, Renagen dan lainnya beliau sangat paham. Dalam eksplorasi data beliau sangat paham,” katanya.
Cara yang dilakukan Ganjar semakin efektif dengan suplai pengetahuan dari para ilmuwan yang sengaja Ganjar gandeng. Terakhir ada nama Hendro Wicaksono, ahli teknologi asal Indonesia yang sekarang mengajar di Jacob University Bremen dan mendapat gelar profesor 4.0 di Jerman.
Selain itu Ganjar juga intens diskusi dengan ilmuwan lain di Indonesia, dari ahli virus, ahli penyakit dalam, dokter gizi, ulama sampai ahli forensik. Bahkan untuk menganalisis kemungkinan persebaran dan jangka waktunya, Ganjar mengundang khusus ahli statistik.
“Itu kan bukan ilmu beliau tapi beliau sangat memahami. Beliau tidak segan tanya pada ilmuan, itu hal yang sangat istimewa. Saya juga belum melihat pemimpin daerah lain melakukan hal serupa,” katanya.
Melihat upaya Ganjar tersebut, dirinya pun tidak heran jika semakin hari pasien sembuh di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan, serta tingkat kenaikannya tidak terlalu signifikan. Data terakhir kasus COVID-19 di www.corona.jatengprov.go.id menampilkan jumlah positif sebanyak 363, 268 orang dirawat, 80 sembuh dan meninggal dunia sebanyak 45 orang.
Namun memadukan cara-cara tradisional dengan yang berbasis ilmu pengetahuan tersebut belumlah cukup. Karena nyatanya sampai sekarang kasus COVID-19 terkonfirmasi di Jawa Tengah juga masih ada dan terus bertambah. Tanto mengatakan dirinya telah menghitung secara matematis sejak kasus COVID-19 masuk ke Indonesia.
Menurutnya sampai saat ini dirinya belum pernah mendengar rencana aksi penanganan COVID-19, minimal dalam jangka 100 hari. Padahal, lanjut dia, jika ada kalkulasi waktu yang jelas, tahapan-tahapan pencegahan bisa dilakukan secara presisi. Bahkan menurut penghitungannya, jika upaya psycal distancing dan karantina dilakukan dengan konsisten maka pada 100 hari COVID-19 di Indonesia atau pada tanggal 10 Juni pagebluk ini akan berakhir.
“Ketika rencana aksi itu tidak ada maka bersiaplah menghadapi ini semakin lama. Langkah selanjutnya yang mesti diambil adalah penanganan berbasis desa. Khususnya penerapan jaring pengaman ekonomi, sosial,” katanya.
Hery Priyono