Oleh : Sarwijiyanti
Sejak wabah covid-19 mulai menyebar hampir merata di Indonesia, sebagian besar masyarakat merasa khawatir karena keganasan virus tersebut. Kendati jauh dari keramian kota, Desa Kunir yang terletak di ketinggian ≠ 800 DPL di kaki Gunung Muria, tetap siaga dalam mengantisipasi penyebaran virus tersebut.
Karena itu edukasi tentang bahaya dan cara penyebaran virus ini bagian penting yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan dukungan tokoh agama dan masyarakat.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus ini, pada bulan Maret di Desa Kunir sudah dilakukan penyemprotan disinfektan di tempat-tempat umum dan rumah-rumah warga, dengan melibatkan para pemuda di tiap-tiap RT.
Juga menginformasikan untuk tidak mengadakan pertemuan dalam jumlah banyak seperti kegiatan kegamaan, pertemuan PKK, dan kegiatan rutin lainnya. Tujuannya untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Disamping itu dilakukan pendataan warga yang baru pulang dari daerah lain terutama dari Jakarta dan edukasi untuk isolasi mandiri.
Namun Kunir tidak berhenti. Petinggi Kunir, Sucipto segera mengadakan musyawarah desa.yang melibatkan perangkat desa, BPD, kader kesehatan, Ketua RT/RW, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Hasilnya terbentuk Satgas Penanggulangan Penyebaran Covid-19.
Ada beberapa kesepakatan yang perlu dilakukan karena sifatnya yang mendesak. Pertama, penyemprotan disinfektan di tempat-tempat umum dan pemukiman warga. Penyemprotan ini melibatkan para pemuda di masing-masing RT dengan pendampinag tenaga Kader kesehatan desa dan tokoh masyarakat.
Sedangkan kedua, pembuatan tempat cuci tangan di tempat-tempat umum dan perlengkapannya. Ketiga, mensosilaisasikan bahaya covid-19 dengan berkeliling desa menggunakan pengeras suara, membuat benner dan menyebarkan pamplet akan bahayanya covid-19.
Keempat, karantina wilayah mandiri dengan melakukan pemeriksaan di dua pintu masuk Desa Kunir. Sedangkan dana kegiatan tersebut menurut Petinggi Kunir bersumber dari Dana Desa dan swadaya masyarakat.
Penulis mencoba menemui beberapa petugas atau relawan covid-19 yang sedang menjalankan tugas, salah satu bernama Sunjayanti. “Bagi orang luar atau kendaraan yang masuk di Desa Kunir di periksa di pos. Kami awali dengan menyapa secara santun, memberikan penjelasan, memeriksa suhu tubuh, dan diminta mengisi buku daftar pengunjung,” ungkapnya.
Namun apabila hasil pengukuran suhu tinggi akan disarankan untuk tidak masuk desa dan disarankan untuk memeriksakan diri di petugas kesehatan atau di Puskesmas terdekat,” ujar Sunjayanti.
Karantina Wilayah Mandiri
Dalam upaya penyelamatan desa secara mandiri, maka dilakukan karantina wilayah secara mandiri awal April lalu denghan dengan memberlakukan penutupan separuh badan jalan untuk pemeriksaan pendatang.
Bahkan dua pintu masuk Dukuh Kunir dan Dukuh Jean juga dipasang spanduk larangan masuk bagi warga dari daerah lain yang menjadi zona merah covid-19. Juga pemeriksaan suhu tubuh dan pencatatan di buku pengunjung lengkap dengan nama, alamat, nomor kendaraan, dan tujuan masuk Desa Kunir. Sedangkan dana kegiatan tersebut menurut Petinggi Kunir bersumber dari Dana Desa dan swadaya masyarakat.
Pelaksanaan ibadah bagi masyarakat muslim, sementara dilakukan di rumah masing termasuk sholat Jumat diganti dengan sholat dhuhur. Namun demikian masjid dan mushola tetap mengumandangkan adzan secara rutin. Bagi umat Budha juga mengadakan kegiatan ibadahnya di rumah masing-masing sesuai anjuran pemerintah untuk tinggal di rumah.
Pemakaian masker selalu dingatkan apabila pergi keluar rumah, cuci tangan pakai sabun, tidak bersalaman, dan selalu jaga jarak aman. Disamping itu setiap ada warga yang mudik selalu diberikan edukasi tentang isolasi mandiri selama 14 hari serta dicatat dan dlaporkan ke kecamatan dan puskesmas
Salah satu kunci keberhasilan gerakan ini adalah kebersamaan seluruh warga masyarakat untuk bersama Pemerintahan Desa Kunir memerangi virus corona yang menjadi pandemi global yang menakutkan.
Sarwijiyanti,S.Pd., M.Pd adalah Kepala SDN Keling 03 Jepara yang tinggal di Desa Kunir