JEPARA,(SUARABARU.ID) – “Sudah dua hari saya tidak narik mas,” ujar Mbah Suparjan, 77 tahun penarik becak yang setiap harinya mangkal di pojok Pasar Japara Satu. Kendati demikian dengan setia ia tetap duduk didalam becaknya di sudut pasar.
Dalam hatinya Mbah Suparjan berdoa dan menanti penuh harap, semoga hari ini ada satu atau dua penumpang yang mau memanfaatkan jasanya. Padahal sebelum ada wabah corona, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp. 40 ribu – Rp. 50 ribu.
Sambil menunggu penumpang, kadang ia tertidur. Bukan karena lelah bekerja, namun lelah menanti penumpang. Hingga ketika SuaraBaru.Id membangunkannya, Mbah Suparjan langsung mengucap, “ alhamdulliah, monggo kulo nderekaken wonten pundi mas,” ujar kakek renta ini sambil mengenakan blangkon yang menjadi ciri khasnya.
Pria asal Wonosalam, Grobogan ini mengaku telah 11 tahun lebih berada di Jepara. “Sebelumnya saya di Kudus mulai tahun 80 –an namun karena penghasilan kecil saya ;pindah ke Jepara tahun 2009.
Alhamdulilah tahun 2000 saya bisa membeli becak sendiri,” ujar Mbah Suparjan sambil menyeruput kopi yang saya tawarkan. Didalam becak itulah ia tidur selama ini. Atau jika hujan saya tidur di teras kantor Perhutani, tambahnya.
Kondisi tidak jauh berbeda juga disampaikan Herman (57 tahun), penarik becak asal Kelet yang mangkal didepan Terminal Jepara. “Sampai siang ini saya baru mendapatkan Rp. 7.000,-. Kemarin seharian hanya mendapatkan Rp. 17 ribu,” ujar Herman yang menyewa becak dengan harga Rp. 5000- / hari.
“Padahal kami juga butuh makan. Belum untuk keluarga yang ada dirumah yang tentu menanti dengan penuh harap, ujarnya pelan. Padahal menurut Herman, setiap hari penumpang semakin berkurang sejak 2 minggu lalu, tambahnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Nursaid (45 th) warga Karangrandu, Pecangaan yang kini tinggal di Kendal Asem Mutih Demak. Pengemudi becak yang sehari-hari mangkal di depan pasar Jepara Dua ini mengaku penghasilannya menurun drastis.
“Siang ini saya baru narik sekali mas dengan upah Rp. 7000,-“ ujarnya. Tetapi itu saya anggap sebagai rejeki yang diberikan oleh Allah kepada saya ujarnya menguatkan hati.
Sementara itu, Sugiyanto(45 th) penarik becak asal Mutih Demak yang juga sering mangkal disisi Terminal Jepara, mengaku walaupun hasil kerjanya tidak cukup untuk makan sehari-hari, ia belum memutuskan untuk berhenti menjadi penarik becak.
“Pekerjaan ini diberikan telah saya jalani puluhan tahun. Karena itu saya jalani dengan sikap pasrah,” ujar Sugiyanto.
Saat ditanya apakah sampai saat ini sudah ada bantuan yang ia terima, semua penarik becak yang ditemui SuaraBaru.Id Kamis (2/4-2020) mengatakan belum, baik dari pemerintah ,maupun yang lain.
Hanya Mbah Suparjan yang mengaku pernah mendapatkan 2 kg beras, minyak goreng dan mie instan dari sebuah gereja di Jepara.
Sedangkan, Abdul Syukur (67 th), penduduk RT 06/02 Desa Jobokuto yang memiliki 7 becak yang disewakan Rp. 5.000,- / hari juga mengaku para penarik becak memang sekarang kesulitan. Bahkan ada yang tidak bisa setor, karena hasilnya memang hanya bisa untuk makan.
“Saya menggerti kesulitan para penarik becak dan saya ikhlaskan. Semoga ada uluran tangan untuk para penarik becak dan juga orang-orang lain yang kesulitan untuk makan sehari-hari karena musibah ini,” ujarnya saat ditemui SuaraBaru dirumahnya.
Hadi Priyanto