blank
Nampak petugas medis RSUD Kudus menggunakan APD jas hujan karena stok yang mulai menipis. foto:Ist/Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) –  Pemkab Kudus hingga kini mengaku masih kesulitan untuk memenuhi penyediaan Alkes dan APD untuk penanganan Covid-19.  Meski alokasi anggaran dari APBD sudah dikucurkan, namun minimnya ketersediaan APD dan Alkes di pasaran membuat proses penyediaan menjadi terhambat.

Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Kudus, dr Andini Aridewi mengungkapkan,  anggaran yang berasal dari realokasi dana APBD, saat ini memang sudah disediakan. Total anggarannya mencapai sekitar Rp 15 miliar.

Menurut Andini, proses penggunaan anggaran tersebut kini sudah mulai dilaksanakan. Hanya saja, penggunaan anggaran tersebut menemui kendala berupa ketersediaan barang di pasaran.

Menurut Andini,  penggunaan anggaran Covid-19 saat ini diutamakan untuk penyediaan bahan medis habis pakai seperti APD. Selain itu pengadaan juga diutamakan untuk alkes lain semacam alat untuk screening.

“Untuk proses pengadaan sudah berlangsung, Namun kita tetap bergantung pada ketersediaan pasar. Artinya walau kita sudah mengalokasikan, tapi kalau stok di pasaran stoknya tidak ada kan tidak bisa dibeli,”kata Andini, Senin (30/3).

Disinggung  mengenai upaya untuk mencari atau membuat sendiri APD, kata Andini, pihaknya mempersilahkan jika ada tempat usaha yang sudah bisa memproduksi APD. “Ya kalau ada yang bisa membuat, bisa kita beli,”kata Andini dengan setengah berkelakar.

Terkait banyaknya aksi penggalangan donasi untuk penyediaan APD yang dilakukan berbagai elemen masyarakat, kata Andini, itu di luar koordinasi Pemkab Kudus. “Itu sendiri-sendiri ya,”tandasnya.

Sekda Kabupaten Kudus, Samani Intakoris mengungkapkan, realokasi anggaran  APBD saat ini memang sudah disetujui. Hanya saja, untuk teknis pengadaan Alkes dan APD untuk Covid-19, semuanya dilakukan Dinas Kesehatan sebagai dinas teknis.

Tenaga Medis Miris

“Untuk pengadaan sudah proses. Mengenai progressnya, silahkan konfirmasi ke Dinas Kesehatan,”kata Samani.

Kian menipisnya stok APD,  sebenarnya sudah mulai dirasakan oleh para petugas medis. Salah seorang petugas medis di RSUD dr Loekmonohadi mengungkapkan,  minimnya stok APD memang membuat petugas medis dihantui perasaan miris.

“Ini tentu membuat kami sangat miris. Bagaimana tidak, kami yang bersentuhan langsung dengan pasien, tapi tidak dibekali dengan alat perlindungan diri,”katanya.

Bahkan, sejumlah tenaga medis terpaksa harus menggunakan APD jas hujan saat bertugas meski dengan resiko yang cukup besar.

Sementara, dari data resmi yang ada, hingga Minggu (30/3) malam hari pukul 19.35 WIB, jumlah PDP yang dirawat di ruang isolasi di Kudus mencapai 40 orang. Jumlah ini terus menunjukkan peningkatan grafik dibanding hari-hari sebelumnya. Meski demikian, hingga kini belum dilaporkan satu pasien pun yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Tm-Ab