blank
Para perawat di IGD RSUD Kudus menggunakan jas hujan karena APD sudah habis. foto:Ist/Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU. ID)  – Sudah hampir 2 minggu ini saya berangkat jam 07.00 WIB pulang jam 01.00 WIB pagi berikutnya. Sampai rumah, saya ganti baju dan kemudian merendam baju yang sebelum saya pakai dengan air panas dan deterjen.

Tak cukup sampai situ, saya pun mandi dua kali dengan menggunakan sabun antiseptic dan kemudian bilas dengan sabun biasa. Sampai selesai mencuci semua, jam 02.00 WIB, baru keluar kamar mandi.

Saat itu, saya lihat anak-anak semua sudah tidur. Isteri pun tak bisa saya sentuh seenaknya sebelum saya merasa semua badan bersih semua.

Di hari-hari biasa, anak-anak menyambut saya saat sore tiba di rumah. Kini, ketika saya pulang, semua anak-anak sudah tidur. Dan saya pun tak bisa sembarangan mencium mereka.

Esok harinya, jam 07.00 WIB saya sudah harus berangkat lagi. Dan semua rutinitas ini saya jalani setiap hari selama dua minggu terakhir.

Cerita itu adalah sekelumit kisah dari seorang perawat yang setiap harinya bertugas di ruang isolasi RSUD dr Loekmonohadi Kudus. Cerita tersebut dikirim via pesan singkat kepada Suarabaru.id

Di tengah pandemik Corona, para tenaga medis ini harus berjibaku mempertaruhkan kondisi kesehatannya demi merawat PDP Corona yang kian hari kian bertambah.

Menurut perawat yang enggan disebutkan namanya tersebut, selama dua minggu ini perasaan semua perawat yang bertugas di ruang isolasi RSUD Kudus tak menentu. Antara panggilan tugas kemanusiaan dan kecemasan ikut tertular bercampur aduk di benak mereka.

“Terus terang saat ini kami dibayangi kecemasan yang amat sangat, “katanya.

Hal tersebut cukup beralasan mengingat hampir dua pekan ini, alkes untuk penanganan Covid-19 di RSUD Kudus kian menipis. Bahkan, beberapa hari terakhir, perawat terpaksa menggunakan jas hujan untuk membungkus tubuh mereka.

“Terpaksa pakai jas hujan seadanya, karena stoknya memang sudah habis, “tandasnya.

Si perawat tersebut juga menyampaikan jika penanganan Covid-19 bagi para petugas medis ini seperti misi bunuh diri. Mereka harus mempertaruhkan kesehatan mereka untuk merawat para pasien yang sudah dikategorikan PDP.

Apalagi sampai saat ini, belum ada tes kesehatan yang dilakukan terhadap para tenaga medis ini. Padahal, saat ini sudah ada beberapa perawat yang mulai sakit-sakitan.

“Katanya akan ada tes kesehatan untuk tenaga media, tapi tidak tahu kapan dilakukan, “tandasnya.

Di RSUD Kudus sendiri terdapat 15 orang petugad medis per sift di ruang IGD, dua orang per sift di ruang isolasi depan dan dua orang di ruang isolasi melati.

Selain itu, ada pula petugas Satpam dan Portir juga yang juga harus mempertaruhkan kondisi tubuhnya demi perawatan PDP Corona.

Sementara, juru bicara Gugus Tugas penanganan Covid-19 Kabupaten Kudus, dr Andini Aridewi mengakui jika seluruh elemen saat ini terus berjibaku menangani Corona.

“Jika dikatakan belum siap, tapi ini tugas kami. Dan bagaimanapun kondisinya, ini adalah tugas kami, “ujar Andini.

Terkait ketersediaan APD, menurut Andini saat ini mulai ada tambahan yang datang dari Pemprov meski jumlahnya masih terbatas. Namun, Andini berharap pengadaan APD dari dana APBD juga bisa terealisasi.

“Oleh karena itu, kami minta kepada masyarakat untuk mematuhi anjuran pemerintah dengan melakukan social distancing agar penyebaran virus Corona bisa ditekan, “tandasnya.

Tm-Ab