BERTEMU: Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bertemu Presiden EMLC Louise McKanze, untuk membicarakan progres peningkatan produksi minyak Blok Cepu. Foto: SB/Ist

CEPU (SUARABARU.ID)– Untuk mengejar produksi minyak bumi satu juta barel perhari pada 2030, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), berusaha mempercepat upaya peningkatan produksinya.

Upaya strategis itu, antara lain diterapkan di Blok Cepu pada Lapangan Banyu Urip, dan Kedung Keris yang dikelola Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

BACA JUGA : Polisi Sahabat Anak di SD Baitunnur Blora

”Pertemuan strategis para pihak akan terus berlanjut, ini untuk mendukung produksi satu juta barel minyak perhari pada 2030,” jelas pejabat Pelaksana tugas (Plt) Kepala Divisi Program dan Komunikasi, SKK Migas, Susana Kurniasih, Kamis (12/3/2020).

Dalam releasenya yang diterima Suarabaru.id, Susana Kurniasih melanjutkan bahwa berbagai optimalisasi di Proyek Banyu Urip hingga saat ini sudah terbukti memberikan kontribusi lebih bagi Indonesia.

Salah satunya, memastikan besaran cadangan Lapangan Banyu Urip meningkat dua kali lipat lebih besar, dibandingkan dengan rencana pengembangan plan of development (POD) pertama dari 375 juta barel, menjadi 940 juta barel.

Peningkatan

Selain itu, lanjut Susana, produksi minyak berhasil ditingkatkan menjadi 33 persen dari sebelumnya 165 ribu barel per hari (barrel oil per day atau BOPD) menjadi 220.000 BOPD.

”Lebih jauh lagi, saat ini sedang dilakukan upaya peningkatan produksi menjadi hingga 235.000 BPOD,” rinci Susana Kurniasih.

Sementara itu saat bertemu Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, Rabu (11/3/2020), Presiden EMCL Louise McKenzie mengatakan, potensi Banyu Urip masih bisa ditingkatkan melalui tiga strategi untuk mengurangi laju penurunan produksi alami.

GAGAK RIMANG: FSO Gagak Rimang di Laut Tuban (Jatim) ini, mampu menampung 1,7 juta barel minyak produksi Blok Cepu. Selanjutnya akan dialirkan ke tanker pembeli melalui proses lifting minyak. Foto: SB/Ist

Menurut Louise McKenze, strategi pertama memonetisasi gas ikutan untuk menghilangkan bottleneck produksi minyak di Lapangan Banyu Urip.

Upaya kedua, lanjutnya, menambah sumur sisipan untuk memproduksi minyak dari daerah reservoir karbonat yang belum terproduksikan.

”Strategi yang ketiga, sejalan dengan transformasi SKK Migas dalam strategi percepatan resource to production (R to P), yaitu pembuktian upside potential di Lapangan Banyu Urip,” beber Louise McKenze.

Dijelaskan juga oleh McKeze, terdapat potensi cadangan tambahan yang berada lebih dangkal dari reservoir yang diproduksikan saat ini.

Selanjutnya KKKS-EMCL akan melakukan evaluasi pengeboran sumur kajian (appraisal wells), yakni dengan menambah data karakteristik batuan, dan produktivitas reservoir.

Ketiga strategi ini, diharapkan dapat memberikan tambahan produksi puncak di tahun 2024 sekitar lebih dari 30.000 BOPD.

”Kami harapkan, tambahan proyek ini selesai tepat waktu, sehingga tambahan produksi dari lapangan Banyu Urip dapat terealisasi di tahun 2022,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto melalui Susana Kurniasih.

Wahono-Riyan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini