Semarang (suarabaru.id) – Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (Fraksi PKB) DPRD Kota Semarang menyoroti kondisi bus Feeder Trans Semarang yang sepi penumpang dan kurang efektif melayani masyarakat. Faktor yang membuat warga enggan menumpang adalah kaca bus yang gelap pekat.
Kondisi itu membuat kaum wanita takut naik bus tersebut. Mereka umumnya merasa kuatir menjadi korban kejahatan seksual atau kejahatan material. Sebab apa yang terjadi di dalam bus, tidak terlihat dari luar.
Selain itu halte masih sedikit. Faktor berikutnya, belum merata masuk di kawasan pemukiman padat penduduk.
“Bus terlalu gelap. Ibu-ibu pada takut naik karena kuatir menjadi korban kejahatan seksual maupun kejahatan material. Itu pengaduan yang masuk ke kami,” terang Ketua Fraksi PKB DPRD Kota Semarang M Sodri saat ditemui di ruang fraksi, Selasa (3/3/2020).
Sodri menyampaikan, pihaknya telah memperhatikan persoalan bus Feeder Trans Semarang sejak dua bulan terakhir. Dijelaskannya, Fraksi PKB telah menugaskan empat orang angggota, dibantu staf dan tenaga ahli fraksi, melakukan pengamatan dan observasi di lapangan.
“Kami telah mengamati dan melakukan observasi atas layanan transportasi publik ini. Kami telah mendengar keluhan masyarkat. Kesimpulan kami, perlu perubahan kaca bus dan perlu perbaikan sarana untuk penumpang,” tegas Sodri bersama tiga orang rekan sefraksinya.
Anggota Fraksi PKB Komisi C (Bidang Perhubungan) H Gumilang Febriyansyah menambahkan, bus Feeder Trans Semarang juga belum betul-betul melayani masyarakat. Terbukti, masih banyak kawasan pemukiman yang tidak dilewati bus ini.
Dia contohkan, beberapa perumahan di kecamatan Ngaliyan, belum dimasuki bus ini. Padahal banyak yang memerlukan. Warga Perumahan Plamongan Indah di Pedurungan, juga tidak dilayani.
Padahal dulu, sebelum ada Trans Semarang, warga Perumahan Plamongan Indah dilayani bus kota yang dikelola swasta, dan telah ada terminal bus di dalam kompleks perumahan tersebut.
“Bus Feeder belum efektif melayani. Kantong-kantong pemukiman warga belum dimasuki. Padahal dibutuhkan sekali,” tuturnya.
Febri melanjutkan, Pemerintah Kota Semarang juga perlu segera menambah jumlah halte bus feeder di lokasi yang sudah dilewati. Atau dalam satu komplek perumahan besar, perlu ada halte feeder di setiap pertigaan atau perempatan besar, atau di dekat pusat aktivitas warga.
“Pemerintah Kota Semarang harus segera membangun banyak halte di tempat-tempat potensial penumpang. misal di dekat perempatan, pertigaan, dekat sekolah, tempat ibadah atau pasar yang merupakan pusat aktivitas warga,” pungkas Febri.
Hery Priyono-Wahyu