blank
Momen usai penyerahan grobog (kotak) berisi pusaka diakhiri dengan doa bersama untuk memohon keselamatan. Tradisi ini diharapkan dapat dilestarikan masyarakat sebagai peringatan Hari Jadi Kabupaten Grobogan. Foto : Hana Eswe. 

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Momentum peringatan hari jadi Kabupaten Grobogan ke 294 ini diperingati secara sederhana dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meski terkesan sederhana, namun tidak menghilangkan harapan-harapan baru untuk wilayah yang saat ini dipimpin Sri Sumarni.

Termasuk pada kirab Boyong Grobog yang dilakukan secara sederhana, tetapi Bupati mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mengenang kembali perjalanan Kabupaten Grobogan hingga sekarang ini.

“Tradisi Boyong Grobog ini merupakan simbol perpindahan ibukota Kabupaten Grobogan dari wilayah Grobogan menuju ke Kota Purwodadi pada saat pemerintahan Adipati Martopuro. Hingga di umur 294 tahun ini, Kabupaten Grobogan sudah banyak dipimpin seorang bupati.”

blank
Tari tradisional penyambut tamu undangan dimainkan para penari berstatus pelajar dengan goyangan yang luwes menjelang tradisi berebut gunungan. Foto: Hana Eswe.

“Saya sendiri sebagai perempuan yang pertama sebagai bupati dalam memimpin Kabupaten Grobogan. Harapan saya, ke depan nantinya akan ada perempuan-perempuan lagi menyambung kepemimpinan pemerintahan di Grobogan,” ujar Sri Sumarni.

Meski demikian, pihaknya tetap berharap bahwa seluruh insan Kabupaten Grobogan, baik laki-laki maupun perempuan untuk dapat menjadi tokoh-tokoh yang sukses bahkan dapat menjadi pemimpin di wilayah ini.

Nguri-uri Budaya Grobogan

Berkaitan dengan hari jadi Kabupaten Grobogan, Sri Sumarni mengingatkan kembali bahwa wilayah ini dulunya memang sangat kental dengan kebudayaan. Pihaknya, berencana untuk mengembangkan sejarah dan budaya, seperti tari gambyong, tari angguk, tari kembang mutiara dan reog gandrung, kendang rampak, serta tayub dan masyarakat diharapkan dapat ikut serta melestarikannya.

“Tidak lupa, tari tayub yang ternyata di Grobogan ini sangat luar biasa. Saya bangga karena semua penari-penarinya ini masih muda dan berharap anak-anak muda Kabupaten Grobogan ikut serta dalam ‘nguri-uri’ kebudayaan Jawa. Ke depan, masukan-masukan dari masyarakat mengenai harapan mereka agar diadakan lomba-lomba kesenian di sekolah-sekolah, seperti lomba tari tayub, karawitan, macapat dan kesenian lainnya bisa dilaksanakan.”

“Kalau dilihat tadi, ada banyak tari-tarian yang dimainkan anak muda dengan gerakan yang berlenggak-lenggok, di situ saya melihat anak-anak muda ini memang berbakat untuk nguri-uri budaya daerah kita sendiri,” tutup Sri Sumarni.

Hana Eswe-trs