Bupati Wonogiri Joko Sutopo (berdiri di podium) menyerukan larangan semua jagal menyembelih ternak sakit. Ini untuk mengantisipasi penularan penyakit anthrax dari Kabupaten Gunungkidul DIY.

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Bupati Wonogiri Joko Sutopo, melarang semua Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan seluruh jagal memotong ternak sakit. Larangan ini, sebagai antisipasi terhadap penularan penyakit anthrax, yang belakangan ini dikhabarkan telah mewabah di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Di Yogyakarta.

Penagasan tentang pelarangan ini, Rabu (29/1), disampaikan Bupati ketika memimpin sarasehan bidang peternakan bersama para pelaku RPH, jagal, dan para blantik (pedagang ternak) se Kabupaten Wonogiri. Sarasehan digelar di Ruang Girimanik, kompleks perkantoran Sekretariat Pemkab Wonogiri.

Hadir dalam sarasehan ini, Dandim 0728 Wonogiri yang diwakili Pasipers Letda (Ctp) May Indra, Kapolres yang diwakili Kompol Retno, Kepala Dinas Peternakan Perikanan Kelautan (Nakperla), Ir Sutardi, MM, Asisten Sekda Bidang Perekonomian dan Administrasi Pembangunan, Bambang Haryadi, SH, M.M dan Staf Ahli Bupati Drs Suharno MPd. Berikut 37 orang jagal dan pelaku RPH, serta 14 blantik sapi.

Ternak sapi milik petani di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, mendadak mati, diduga terserang bakteri penyakit anthrax.

KLB Anthrax
Bupati, menyeru, agar semua jagal sapi di Wonogiri untuk tidak menerima dan memotong sapi sakit, apalagi sapi mati, karena dikhawatirkan itu terjangkiti penyakit anthrax. Langkah ini, sebagai antisipasi penularan penyakit anthrax, mengingat wilayah Wonogiri berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul DI Yogaykarta. Gunungkidul, oleh pemerintah pusat dinyatakan sebagai wilayah yang tengah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) anthrax.

Pelarangan tersebut, oleh Bupati dikatakan bukan tanpa alasan, karena Wonogiri punya pasar hewan di Pracimantoro, yang selama ini menjadi tempat transaksi jual beli sapi berasal dari daerah Kabupaten Gunung Kidul dan sekitarnya. Kecuali terhadap anthrax, juga diserukan untuk mewaspadai Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) lainnya, yang membahayakan apabila dikonsumsi, yakni ternak yang berpenyakit cacing pita, cacing hati, dan jenis penyakit hewan lainnya.

Kepala Dinas Nakperla Wonogiri, Sutardi, menyatakan, sarasehan ini bertujuan untuk menggali berbagai permasalahan, guna dicarikan solusinya agar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat peternak di Wonogiri. Dilaporkan, para petugas medis dan paramedis kehewanan Wonogiri, sudah melakukan upaya antisipasi terhadap kemungkinan penularan penyakit ternak. Yakni dengan melakukan disinfeksi, pemberian antibiotik dan vaksinasi anthrax di wilayah perbatasan dan pasar hewan.

Petugas kesehatan hewan Dinas Peternakan Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, membuat lubang untuk mengubur ternak sapi yang mati diduga terserang anthrax.

Menjangkiti Manusia
Sementara itu, informasi dari Kabupaten Gunungkidul, DI Yogaykarta, menyebutkan, setidak-tidaknya telah terjadi kematian pada 100 ekor sapi dan kambing. Penularan anthrax, dikabarkan telah menjangkiti manusia. Pemkab Gunungkidul, mengidentifikasi tiga warganya di tiga kecamatan, diduga terindikasikan terjangkiti anthrax. Sebelumnya, 27 warga Gunungkidul di wilayah Kecamatan Ponjong. juga ditengarai terjangkiti anthrax. Kepada awak media, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kabupaten Gunungkidul, Kelik Yunianto, Rabu (29/1), menyatakan, angka korban yang diduga terjangkiti anthrax jumlahnya dapat bertambah.

Kelik, mengatakan, tiga warga Gunungkidul yang diduga terjangkiti anthrax, bukan warga Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, yang menjadi zona merah persebaran anthrax. Tapi merupakan warga Desa Planjan, Kecamatan Saptosari, berikut warga Desa Candirejo, Kecamatan Semanu, dan seorang jagal di Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul. Ketiga orang tersebut, kini telah mendapatkan penanganan medis secara intensif.

Bambang Pur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini