SOLO (SUARABARU.ID) – Tengkleng (thengklèng), adalah masakan sejenis sup berkuah, dengan bahan utama balungan kambing (tulang yang masih ada sisa tempelan daging). Ini menjadi salah satu kuliner khas unggulan Kota Bengawan. Rasanya, tidak lengkap manakala ke Solo, Jateng, tidak menyantap menu unggulan tengkleng.
Menurut sejarahnya, dulu tengkleng diciptakan oleh koki (juru masak) yang biasa menyajikan olahan daging kambing bagi bangsawan keraton, atau untuk menu para sinyo dan noni Belanda. Sisa bahannya, berupa kepala, kaki, dan tulang serta jerohan (iso, babat, limpa) biasa diolah tersendiri untuk para pekerja.
Berkat kreativitas para juru masak, bahan sisa kambing itu kemudian diolah menjadi tengkleng, yakni menu yang naik pamor menjadi kuliner unggulan Kota Solo yang banyak digandrungi para penikmat rasa. Jenisnya ada dua, yakni tengkleng kuah bening dan tengkleng rica-rica bumbu kecap. Untuk yang kuah bening, diolah seperti gulai tapi tidak menggunakan santan. Kemudian yang tengkleng rica-rica, dimasak dengan sedikit kuah atau garingan (tanpa kuah).
Sumsum Tulang
Asyiknya makan tengkleng, ketika menggigit sisa-sisa daging yang menempel pada tulang, serta saat menyedot sumsum dari lubang ujung tulang. Makan tengkleng se meja dengan Cik Lin, seorang pemudi etnis Tionghoa di Solo, serasa banyak memperoleh pengalaman. Utamanya saat mengambil sisa daging yang menempel pada tulang, yang kemudian disusul menyeruput kuahnya. Atau menyantap nasi yang dibasahi dengan kuah lengkap dengan cuilan daging lepasan dari tulang.
Di Kota Solo, setidak-tidaknya ada lima warung tengkleng yang dia rekomendasikan dengan jaminan rasa maknyus. Pertama, warung tengkleng Bu Edi di utara Pasar Klewer Solo. Dulu, Bu Edi menjajakan tengklengnya di Tugu Gerbang Gapura Pasar Klewer. Tapi sekarang pindah di sebelah utaranya, menempati kios warungan aneka jajanan yang berada di sisi selatan komplek Masjid Besar Keraton Surakarta.
Pembeli tengkleng Bu Edi harus sabar antri, layaknua mengantri ketika periksa pada praktik dokter. Ini dikarenakan banyak pembelinya. Buka menjelang tengah hari, bersamaan dengan jam makan siang atau istilah populernya rolasan. Tengkleng Bu Edi, disajikan dalam pincuk daun pisang yang dialasi kertas minyak. Parman, juru parkir di Alun-alun Utara Keraton Surakarta, langsung menunjukkan arah lokasi warung Bu Edi, ketika ada rombongan yang ingin makan tengkleng.
Cabe Bertangkai
Kedua, warung tengkleng Bu Pon di Jalan Kapten Mulyadi, menempati bangunan shelter Lojiwetan, di Kelurahan Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Seperti di warung Bu Edi, tengkleng di warung Bu Pon sama-sama berkuah bening, yang sekaligus dilengkapi dengan lombok (cabe) bertangkai yang ikut menyatu dimasak dalam kuah.
Ketiga, tengkleng kuah bening di warung Mbak Diah di kawasan Desa Kwarasan, Tanjunganom, Grogol, Solo Baru. Pelanggannya banyak, bahkan disebut-sebut menjadi warung langganan para petinggi dari Jakarta dan selebriti Ibukota. Di warung Mbak Diah, disediakan pula menu sate, tongseng dan gulai. Keempat, menu tengkleng yang dilengkapi sate, tongseng dan gulai, juga dijajakan di warung Bu Jito, di Jalan Kolonel Sugiono Nomor: 67, Kadipiro, Surakarta.
Kelima, menu tengkleng jenis rica-rica dilengkapi bumbu kecap dan merica, dijajakan di warung Pak Manto dilengkapi pula menu sate, sate buntel, tongseng dan gulai. Lokasinya di Jalan Honggowongso Nomor: 36 Laweyan, Solo, berada di sebelah utara Pasar Kembang dan di selatan perempatan bangjo Ngapeman, Surakarta.
Di luar lima warung di atas, masih ada warung tengkleng Bu Citro di Pojok Beteng (Jokteng) belakang Pusat Grosir Solo (PGS), warung tengkleng di Pasar Gede Surakarta, serta di Punggawan Pasar Kliwon Solo. Kecuali itu, hampir setiap warung sate kambing di Solo, juga menyediakan menu tengkleng.
Bahan tengkleng terdiri atas balungan dan jeroan kambing, berikut bagian kepala kambing (telinga dan lidah), kaki dan kikil. Bumbunya terdiri atas batang serai, daun salam, garam, bawang merah, bawang putih, ketumbar dan jintan sangrai, merica, kunyit bakar, dan cabai merah.
Bambang Pur