KUDUS – Pemanfaatan bendungan Logung untuk irigasi pertanian di wilayah timur Kabupaten Kudus perlu sinkronisasi bersama antara Legislatif dan Eksekutif. Ketua DPRD Kudus Masan mengatakan, pihaknya kini fokus pemanfaatan bendungan Logung untuk menghidupkan ribuan hektar lahan tidur yang ada di wilayah Kecamatan Jekulo dan Mejobo.
Keinginan tersebut disampaikan Masan saat menerima audiensi jajaran pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Kudus, Kamis (7/11). Dalam audiensi tersebut, Masan mendorong peningkatan produktifitas pertanian yang ada di Kudus.
“Peningkatan ketahanan pangan di Kudus harus digenjot, dan salah satu cara adalah optimalisasi lahan tidur di Jekulo dan Mejobo melalui Logung effect,”kata Masan.
Menurut Masan, Usulan ini tak berlebihan. Pasalnya, perlu upaya riil untuk penguatan cadangan pangan di tengah menyempitnya lahan pertanian dan dampak perubahan iklum. Jika hanya bertumpu pada pertanian Undaan, Masan menilai jelas ke depan akan semakin berat.
“Irigasi di Undaan sendiri bergantung dari Kedungombo. Tahun ini MT I mundur, jelas akan berpengaruh pada cadangan pangan,” ujarnya.
MT I di Undaan biasanya menyumbang 65 persen cadangan pangan, sementara sisanya 35 persen di MT II. Karena MT I mundur, Masan memperkirakan akan berdampak pada produktifitas lahan di Undaan secara keseluruhan.
Kondisi ini perlu diantisipasi dengan optimalisasi lahan pertanian di wilayah Jekulo dan Mejobo, dengan memanfaatkan Logung. Termasuk mengaktifkan kembali ribuan lahan tidur di wilayah tersebut sebagai penyokong lumbung pangan.
“Di Jekulo setidaknya ada 2 ribu hektar lebih lahan tidur. Sama halnya di Mejobo, luasan lahan tidur di sana juga hampir setara. Jika lahan tersebut bisa dihidupkan, tentu akan menyumbang produktifitas pangan secara signifikan,”tukasnya.
Untuk itu, kata Masan, dengan keberadaan Bendungan Logung yang telah dibangun Pemerintah Pusat, tentu harus dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan tersebut bisa dilakukan dengan membuat jaringan infrastruktur yang mendukung.
“Baik jaringan irigasinya, maupun jalan usaha taninya, tentu harus mulai dipikirkan. Untuk itu, saya proyeksikan di tahun anggaran 2021 mendatang, program ini bisa mulai dijalankan,”tandasnya.
Masan sendiri mengaku sudah melihat langsung jalur irigasi Logung. Menurutnya, saat ini Logung menjadi sumber air irigasi masa depan untuk wilayah Jekulo dan Mejobo. Pemerintah Pusat hanya membangun bendungan dan saluran sekunder saja. Jaringan pendukung ke lahan pertanian menjadi tanggung jawab daerah.
Sementara, Ketua KTNA Kabupaten Kudus Hadi Sucahyono mengatakan, kelompoknya siap berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memajukan pertanian di wilayah Kabupaten Kudus. “Kami di KTNA berkomitmen untuk memajukan pertanian. Kami siap berkolaborasi dengan pemerintah daerah,” katanya.
Diakui Hadi, saat ini banyak tantangan yang dihadapi petani dalam peningkatan produksi pangan. Salah satunya adalah perubahan iklim yang membuat pengolahan lahan tidak bisa maksimal.
“Seperti saat ini, Musim Tanam I di Undaan harus molor hingga satu bulan akibat terlambatnya pasokan air dari Kedungombo,”kata Hadi.
Selain itu, kata Hadi, KTNA akan siap berkolaborasi dengan pemerintah daerah terutama dalam pengingkatan kualitas SDM petani. Petani, kata Hadi, harus terus dikembangkan kemampuan dan wawasannya agar mampu menjadi pilar penyangga pangan di Kabupaten Kudus.
Suarabaru.id/Tm