SEMARANG – Kota Semarang terbilang sangat cocok sebagai prototype destinasi gastronomi, hal ini dikarenakan potensi kulinernya dari hulu hingga ke hilirnya sudah memenuhi kriteria dan sesuai standar internasional.
Hal tersebut seperti yang diutarakan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Kuliner dan Belanja (Wiskulja) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Ravita Datau di acara Bimbingan Teknis Pengembangan Destinasi Wisata Kuliner dan Belanja Kota Semarang, Hotel Santika, Jumat (20/9).
“Dibanding kota lain, Kota Semarang berpotensi jadi rujukan destinasi gastronomi. Bermacam wisata khas kuliner dan belanja di Kota Semarang terbilang siap jadi tujuan para wisatawan. Kami di Kemenpar sudah mengajukan ke UN WTO (World Tourism Organization) untuk menjadikan Semarang sebagai prototipe destinasi gastronomi berstandar dunia,” katanya.
Menurit Ravita, wisata gastronomi tak sekadar menikmati kuliner tapi lebih pada pengalaman bahwa kuliner menjadi sebuah konteks yang melekat pada budaya, kebiasaan makan, dari hulu hingga hilir.
“Disini (Semarang) bisa dibuat storytelling sebuah kuliner, bagaimana mendapatkan bahan bakunya, cara olahnya, cara masaknya, sampai menikmatinya. Itu yang jadi daya tarik,” katanya.
Menurut Ravita, saat ini di Indonesia sendiri sudah memulai project awal destinasi wisata gastronomi dimana organisasi wisata dunia menunjuk Bali sebagai prototype destinasi gastronomi berstandar internasional. Dan berikutnya, Kota Semarang sedang diupayakan menjadi prototype kota kedua wisata gastronomi.
“Project ini sendiri sudah berlangsung sejak 2017 dengan Ubud Bali sebagai kota pertama yang dijadikan prototype dan telah dibuatkan manualnya untuk bisa diterapkan di daerah lain di Indonesia. Dan sekarang ini, di Indonesia sudah ada tiga yaitu Ubud Bali, Bandung, dan Joglosemar dengan prioritas Kota Semarang,” katanya.
Sebagai tambahan, Ravita menjelaskan, pada 2020 rencananya model prototype ini akan mulai diterapkan di Kota Semarang dengan mengangkat tiga kuliner Semarang yang sudah terkenal, yaitu lunpia, bandeng duri lunak, dan mangut. Sedangkan untuk top 3 belanjar khas Semarang adalah batik Semarangan, kaos Semarangan, dan tas Webe atau Roro Kenes. (suarabaru.id)