Belasan volunteers asal Taiwan bantu memasang paving di halaman SD Kristen Kaliceret. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari pembelajaran pelayanan untuk pembentukan karakter. Foto: Hana Eswe.

GROBOGAN – Sekitar 12 remaja asal Taiwan yang tergabung dalam Young Men’s Christian Association (YMCA) Taiwan rela berpanas-panasan memasang blok paving di halaman SD Kristen Kaliceret, Kamis (8/8). Kegiatan ini merupakan bagian dari program Service Learning yang diselenggarakan dengan tema Playing, Learning Love Earth yang digelar selama lima hari di Desa Kaliceret, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan.

Seluruh paving ini merupakan hasil donasi yang digalang YMCA Yogyakarta dan YPK Widya Wacana serta GKJ Purwodadi. Bantuan ini diberikan melihat kondisi halaman sekolah SD Kaliceret yang secara keseluruhan belum dipaving. Selain itu, adanya pemasangan paving ini juga membuat para siswa SD Kaliceret menjadi lebih nyaman saat bermain di depan sekolah mereka.

Kedatangan para volunteers ini berada dalam naungan YMCA Yogyakarta dibawah tanggung jawab Ronald Nababan. Saat ditemui di lokasi acara, Ronald menjelaskan kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pembelajaran pelayanan bagi para remaja asal Taiwan.

“Kegiatan ini dilaksanakan sebagai program pembelajaran pelayanan yang dilaksanakan atas kerjasama antara YMCA Yogyakarta dengan YMCA Taiwan. Yang utamanya, para peserta ini merupakan anak-anak SMA dengan usia sekitar 16-17 tahun untuk melayani anak-anak sekolah yang berada di wilayah pedesaan,” jelas suami dari Yanne Erikha Sari tersebut.

Ronald memaparkan, kegiatan ini merupakan kegiatan setiap tahun yang dilaksanakan YMCA Yogyakarta bekerja sama dengan YMCA negara-negara lain. Tahun ini merupakan tahun kedua yang dilaksanakan di Kabupaten Grobogan. Tahun sebelumnya difokuskan di wilayah pedesaan yang ada di Kecamatan Purwodadi dan tahun kedua ini kegiatan dipusatkan di wilayah Kaliceret bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Kristen Purwodadi.

Para peserta tengah bermain bersama pelajar SDK Kaliceret di halaman sekolah. Foto: Hana Eswe.

Pria berdarah Batak ini menjelaskan, selama di Kaliceret, para peserta tinggal di rumah-rumah warga yang tidak jauh dari GKJ Kaliceret. Ronald menjelaskan alasan penempatan mereka tidur di rumah warga agar dapat mengerti dan mampu berinteraksi dengan kegiatan sehari-hari bersama keluarga pemilik rumah.

“Misalnya pagi hari di rumah tersebut ada kegiatan apa, mereka mengikuti kebiasaan tersebut. Kesulitannya lebih kepada adaptasi. Tetapi kesulitan itu bisa kembali kepada mereka atau dengan kata lain kembali ke tujuan awal kedatangan mereka ke sini untuk mencari pengalaman saat melayani  saat di sekolah maupun di rumah tempat mereka tinggal. Kami juga mengajak dari volunteer lokal yakni dari Yogyakarta dan Purwodadi untuk membantu selama acara ini berlangsung,” tambah Ronald.

Menurut Ronald, minimnya fasilitas yang masih dimiliki warga menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka. Pasalnya, mereka sudah memiliki kehidupan yang serba terfasilitasi di negaranya.

“Kenapa kita pilih di desa dan kenapa kita memilih di sini, ya karena kita ingin mereka punya banyak pengalaman dari sini. Dan tujuan dari kegiatan ini membentuk karakter dari mereka. Kalau tidak salah dengar, pembentukan karakter itu sudah menjadi kurikulum yang diajarkan di negara mereka sehingga mereka di usia yang masih SMA ini dan sebelum masuk ke perguruan tinggi, mereka wajib sudah memiliki sertifikat pernah kegiatan untuk pembentukan karakter. Dari setiap tahun kegiatan seperti ini, banyak peserta setelah kembali ke negara asalnya mengatakan bahwa mereka sudah mendapatkan banyak pengalaman dari kegiatan selama di Indonesia,” jelas Ronald.

Diakui Ronald, kegiatan ini memang berhubungan dengan masyarakat sekitar Desa Kaliceret. Sebelum kegiatan berlangsung, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti dari Kepala SD Kristen Kaliceret, pihak gereja, pemerintah desa setempat, hingga kepolisian.

“Sejauh ini masyarakat sekitar antusias dengan kedatangan para peserta dari Taiwan ini. Hanya saja untuk berinteraksi dan komunikasi dengan masyarakat dibutuhkan volunteers lokal yakni dari pemuda Kaliceret sendiri,” tambahnya.

Donasi Peserta

Terkait pavingisasi ini, Ronald menjelaskan tidak seluruh halaman ini blok paving-nya merupakan donasi dari para donatur. Sebelumnya, halaman SD Kristen Kaliceret ini sudah terpaving tiga perempat dan pihaknya mengajak peserta memasang blok paving yang dikumpulkan dari penggalangan dana tersebut ke bagian halaman yang belum ter-paving.

“Selain melayani para siswa di sekolah, mereka juga memasang paving di halaman sekolah ini. Memang ada tukang yang membantu, tetapi hanya membantu dalam segi penataan, selanjutnya untuk memasang diserahkan kepada peserta. Jadi selama dua hari ke depan, usai pelayanan di sekolah dan makan siang, mereka melanjutkan pemasangan paving. Kemudian, para peserta ini juga memberikan hadiah dari aneka permainan kepada para pelajar SD Kristen Kaliceret dan warga setempat. Nantinya, para siswa mendapatkan hadiah dari para volunteer tersebut. Hadiahnya berupa peralatan sekolah yang berasal dari uang saku yang mereka sisihkan untuk kegiatan pelayanan ini,” pungkas Ronald.

suarabaru.id/Hana Eswe.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini