SEMARANG- Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula dengan support dari Kemenristek Dikti menyelenggarakan program kemitraan masyarakat dengan mengusung tema pendampingan kehamilan risiko tinggi (KRT) berbasis Continuity of Care di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara. Salah satu Upaya dalam program ini adalah Pelatihan Kader Pendamping Kehamilan resiko tinggi yang dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Mei 2019 lalu.
Pelatihan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kemampuan kader dalam mengidentifikasi Ibu hamil resiko tinggi. Pelatihan dibuka oleh kepala Puskesmas Bandarharjo dr Nurhayati dan dihadiri oleh Kepala Kelurahan Bandarharjo Nuryanto SH dengan pemateri Ns Sri Wahyuni M.Kep SpKep Mat Ns Tutik Rahayu MKep SpKep Mat dan Ns Hernandia Distinarista M.Kep.
Pada Pelatihan tersebut, Unissula melatih 13 kader pendamping kehamilan resiko tinggi untuk diberikan materi tentang konsep kehamilan normal, kehamilan resiko tinggi, deteksi dini dan upaya perawatannya, manajemen stres pada kehamilan resiko tinggi, latihan fisik pada kehamilan resiko tinggi, pengaturan jarak kehamilan melalui kontrasepsi, manajemen laktasi, pemanfaatan fasilitas kesehatan dan monitoring kesejahteraan janin. Materi diberikan dengan berbagai macam metode, ceramah, pemutaran video, diskusi dan juga Praktikum. Peserta sangat aktif dan antusias dalam mengikuti setiap sesi pelatihan tersebut.
Keseriusan dari kader pendamping kehamilan resiko tinggidapat dilihat dari kehadiran kader dalam sesi pelatihan, perhatian dari seriap materi yang disampaikan, keaktifan bertanya untuk mengetahui lebih dalam tentang kehmilan resiko tinggi dan antusiasme kader dalam praktikum untuk dapat mengidentifikasi ibu hamil resiko tinggi.
Menurut Sri Wahyuni, kehamilan risiko tinggi menjadi faktor utama peningkatan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara terdapat banyak ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi. Puskesmas wilayah setempat telah memberikan pelayanan pada ibu hamil tersebut, namun diperlukan peran serta masyarakat agar ibu hamil resiko tinggi dapat terpantau dengan baik dan berkesinambungan.
Pemantauan kehamilan resiko tinggi dapat dilakukan dengan program pendampingan secara berkesinambungan yang melibatkan peran aktif dari pasien, keluarga, dan petugas kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin. Pendekatan model continuity of care dalam pengambilan keputusan pada perawatan kehamilan berbasis komunitas dapat memastikan hasil klinis bermakna, menurunkan risiko, dan lebih berkelanjutan. Pendampingan Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) berbasis Continuity of Care merupakan proses pendampingan secara berkelanjutan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif pada individu dan keluarga dalam mengelola kehamilan risiko tinggi.
Masih menurut Sri Wahyuni, Peningkatan upaya kesehatan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi dengan memberdayakan peran serta masyarakat seperti ini perlu senantiasa dijaga dan mendapatkan support dari berbagai unsur masyarakat seperti salah satu rekomendasi dari WHO. Memberdayakan masyarakat dengan mengoptimalkan peran kader pendamping diharapkan untuk mengurangi kematian ibu dan bayi berfokus pada pendampingan periode kehamilan dengan menyusun strategi yang efektif, terintegrasi, berkesinambungan dan berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta, sehingga pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan kehamilan risiko tinggi di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan kehamilan risiko tinggi di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan./suarabaru.id