MAGELANG -Para seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung kembali menggelar ajang seni para petani dari lima gunung di wilayah Magelang, yakni Festival Lima Gunung (FLG) ke-18.
Festival Lima Gunung tersebut akan dilaksanakan 5-7 Juli mendatang dan Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, kembali dipercaya sebagai tuan rumah acara tersebut.
“ Ini untuk ketiga kalinya, Dusun Tutup Ngisor yang berada sekitar 12 kilometer dari puncak Gunung Merapi dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaran Festival Lima Gunung. Sebelumnya, pada tahun 2008 dan 2015 lalu juga pernah dijadikan tempat kegiatan ini,” kata Penanggung jawab FLG ke-18, Sitras Anjilin, Kamis.
Sitras mengatakan, pada FLG tahun ini mengambil tema” Gunung Lumbung Budaya” dan mempunyai makna bahwa kebudayaan di desa atau gunung, hingga saat ini masih terpelihara dan masih dilestarikan.
Diharapkan, dengan masih lestarinya kebudayaan yang ada di desa-desa tersebut, menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi orang-orang kota untuk berkunjung ke desa. Menurutnya, festival seniman petani gunung dari lima gunung,yakni Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing dan Menoreh ini merupakan ajang pertemuan berbagai kelompok kesenian, seniman, budayawan, penikmat seni, pemerhati sosial, budaya, dan lingkungan dari berbagai kota dan luar negeri.
“Dalam festival ini tidak hanya diisi oleh seniman dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa, juga akan diisi oleh seniman dari luar negeri seperti kelompok Kaori Okado, Jepang dan Victory, Australia, yang sudah memastikan diri untuk memeriahkannya,” kata Sitras yang juga Pimpinan Padepokan Seni “Tjipta Boedaja” Dusun Tutup Ngisor ini.
Untuk menyukseskan festival tahunan para seniman petani gunung tersebut, pihaknya saat ini sedang mempersiapkan panggung utama yang akan dijadikan tempat pentas dari 77 kelompok seni tersebut.
Persiapan yang dilakukan yakni dengan membuat panggung di sebuah tanah lapang yang biasa digunakan para remaja dan pemuda setempat untuk bermain bola voli, dengan dihias tata dekorasi berupa bentuk Burung Garuda.
Untuk mempercantik panggung berukuran 8x 8 meter dan panggung musik ukuran 4x 8 meter dan mempunyai ketinggian 7 meter, sejumlah warga membuat seni instalasi berbentuk Burung Garuda yang dibuat dengan menggunakan bambu dan blarak ( daun kelapa) dan daun salak.
“Kami memilih daun salak dan blarak, karena kedua bahan tersebut mudah didapat di Dusun Tutup Ngisor ini,” ujarnya.
Selain itu, panitia juga telah menyiapkan penginapan bagi para tamu yang ingin bermalam saat menyaksikan FLG ke- 18 ini, yakni sebanyak 60 rumah penduduk yang disediakan secara cuma-cuma.
Sedangkan, untuk keperluan makan para tamu, panitia tidak menyediakan. Melainkan sudah mempersiapkan warung-warung makan sederhana yang dikelola oleh ibu-ibu PKK Dusun Tutup Ngisor.
tuk dari luar daerah, kami menyediakan penginapan. Penginapan di rumah-rumah warga dan disini sekitar 60-an rumah sudah semua dibooking untuk penginapan pengisi acara dan tamu,” pungkasnya.
Ia menegaskan, dalam penyelenggaran Festival Lima Gunung ini, seluruh panitia dari Komunitas Lima Gunung, sebagai bukti kemandirian secara tegas menolak segala bentuk sponsor dalam penyelenggaran even kesenian tahunan tersebut.
“Beberapa waktu lalu, para tokoh dari Lima Gunung telah membuat tanda tangan masing-masing di atas tanah Studio Mendut yang diberi nama “Sumpah Tanah” yang berisi penyelenggaran festival Lima Gunung tanpa sponsor dan proposal sumbangan,” katanya
Suarabaru.id/yon