GROBOGAN – Para siswa kelas 3 SDN 3 Krangganharjo, Kecamatan Toroh harus belajar di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang ukurannya lebarnya tidak lebih dari tiga meter. Pasalnya, ruang kelas yang seharusnya mereka pakai untuk belajar sudah tidak dapat ditempati sejak tahun ajaran 2017/2018. Hal ini dikarenakan ruangan tersebut rusak dan tidak layak untuk ditempati.
Dari pantauan di lapangan, ruang kelas yang terletak di bagian selatan sekolah tersebut terlihat rusak di bagian atap, plafon, dinding, kusen pintu dan kusen jendela yang habis dimakan rayap. Hal tersebut dibenarkan Kepala Sekolah SDN 3 Krangganharjo, Suprapto.
“Mulai tahun ajaran 2017/2018 kelas ini sudah tidak ditempati lagi murid-murid kelas tiga. Akhirnya, mereka belajar dengan menempati ruang UKS yang ukuran lebarnya tidak lebih dari tiga meter dan panjangnya tujuh meter. Sebab, kalau dipaksakan memakai ruangan semula, sangat membahayakan siswa,” kata Suprapto, Selasa (26/2).
Hal yang sama dikeluhkan para siswa kelas 3 SD tersebut yang ingin belajar seperti teman-teman lainnya yang bisa belajar di kelas yang ukurannya lebih layak. Mereka berharap ruangan kelas yang seharusnya mereka tempati itu diperbaiki seperti semula. Pasalnya, saat ini mereka harus belajar di ruang UKS. Dan mereka harus merasakan kondisi ruangan yang sempit, sehingga konsentrasi mereka terpecah saat proses belajar-mengajar.
“Harusnya saya dan teman-teman belajar di kelas ini, tapi karena rusak, kami belajar di ruang UKS walaupun sempit, tidak seperti kelas lainnya,” kata salah seorang siswa saat ditemui suarabaru.id.
Suprapto berharap, kerusakan kelas tersebut segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait. Harapannya, agar dapat direnovasi sesegera mungkin. Menurut dia, ruang kelas tersebut sangat penting bagi para siswa kelas 3 ini.
“Atapnya ini masih seng, mungkin bangunan ini sudah dibangun sekitar tahun 1980-an. Karena rusak semua, jadi tidak bisa dipakai untuk belajar. Harapan saya, semoga mendapat perhatian dari pihak terkait agar segera direnovasi supaya anak-anak bisa belajar dengan nyaman di tempat yang lebih layak,” jelas Suprapto.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Grobogan Amin Hidayat mengatakan kondisi SD memerlukan perhatian khusus saat ini ada 400-an SD yang masuk daftar skala prioritas untuk direhab, baik rusak ringan, sedang maupun berat.
Amin meminta kepada kepala sekolah harus aktif dan proaktif dengan berupaya untuk mengelola layanan pendidikan dengann sebaik-baiknya, termasuk di dalamnya pemenuhan sarpras.
“Jangan tunggu rusak berat, lakukan perawatan rutin dari dana BOS dan sumber-sumber lain yg tidak mengikat. Misal bersinergi dengan pemerintahan Desa, Pemberdayaan alumni dan lain-lain,” katanya.
Mantan Kepala SMAN 1 Purwodadi ini menambahkan, pemerintah Pusat dan Pemkab memberikan perhatian khusus pada kondisi sarpas SD. Sebagai contoh, kata dia, DAK fisik SD tahun ini 2019 meningkat hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
Suarabaru.id/Hana eswe