WONOSOBO – Dusun Losari, Desa Purbosono, Kecamatan Kertek Wonosobo, mendeklarasikan diri sebagai dusun Open Defection Free (ODF). Dengan begitu, sudah tidak ada lagi warga Dusun Losari yang buang air besar (BAB) sembarangan.
Camat Kertek, Muhammad Said mengatakan, sebelum adanya program jambanisasi ini, sebagian masyarakat Dusun Losari, Desa Purbosono masih BAB sembarang di kolam maupun sungai. Pasalnya air di daerah sini dan Kecamatan Kertek pada umumnya sangat melimpah.
“Namun sekarang tidak ada lagi warga yang BAB sembarangan, berkat penyuluhan yang terus-menerus petugas kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat serta jajaran Kodim 0707/Wonosobo,” katanya.
Menurutnya, dengan program jambanisasi ini masyarakat menjadi sadar untuk menggunakan jamban keluarga. Bahkan Dusun Losari yang terdiri dari 330 KK dan 10 buah bertempat di fasilitas umum seperti sekolah, dan tempat ibadah ini, telah seratus persen menggunakan jamban keluarga.
“Tahun 2019 ini, kami memprogramkan jambanisasi di desa-desa di Kecamatan Kertek untuk menganggarkan melalui APBDes, bahkan ada yang mengaggarkan sampai ratusan juta rupiah,” beber Said yang pernah menjadi Sekretaris Kecamatan Wadaslintang Wonosobo.
Pihaknya berharap, dengan adanya deklarasi ini, kedepan seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Kertek akan termotifasi dan bisa mewujudkan seratus persen ODF. Sehingga impian dengan jamban sehat, keluarga sehat, masyarakat sehat dan harapan hidup lebih panjang bisa terwujud.
Sementara itu, Dandim 0707/Wonosobo, Letkol Czi Fauzan Fadli mengatakan, pihaknya siap mendorong untuk persepatan ODF di Wonosobo. “Itu sangat penting dilakukan karena saat ini masih ada kurang lebih 105 ribu rumah tangga yang masih BABS’, tegasnya.
Sementara dalam satu tahun, lanjutnya, pemerintah hanya bisa menyukseskan sekitar 3 % saja sedang saat ini baru 60 % yang mempunyai jamban. Jadi untuk mencapai 100 % harus menunggu berapa tahun lagi.
Pihaknya menargetkan ditahun 2019 Wonosobo sudah ODF semua. “Semua komponen harus bergerak secara bersama–sama. Mulai dari pemerintah, ulama, pemuda, badan usaha, penggiat lingkungan dan tentu saja yang paling penting adalah masyarakat Wonosobo.
Disebutkan Dandim, manfaat jamban sangat banyak, salah satunya adalah mengurangi penyebaran penyakit tipes dan diare, serta bebera penyakit perut lainnya. Jika masyarakat sehat maka usia hidup rakyat Wonosobo akan bertambah. Serta biaya untuk berobat bisa dialihkan untuk kegiatan yang lain.
Wonosobo merupakan daerah sumber mata air. Jika sumber tersebut sudah tercemar oleh kotoran manusia maka yang sakit tidak hanya masyarakat Wonosobo saja. Akan tetapi bisa sampai Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Kebumen, Purworejo dan Cilacap. Maka kita ikut berdosa bila hal itu tetap dibiarkan saja.
Bupati Wonosobo yang membuka acara deklarasi memberikan apresiasi positif dengan dilaksanakannya pencanangan jambanisasi ini. Deklarasi ini sebagai wujud komitmen Wonosobo stop buang air besar Sembarangan.
“Ini sekaligus untuk mendukung terwujudnya Universal Acces tahun 2019, yaitu 100% masyarakat mengakses air minum, 0% lingkungan kumuh dan 100% masyarakat mengakses sanitasi”, ujar Eko Purnomo.
Lebih dari itu, Bupati berharap kegiatan ini dapat dijadikan sebagai ruang untuk mengevaluasi seberapa jauh perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan program sanitasi total berbasis masyarakat.
suarabaru.id/Muharno Zarka