MAGELANG – Guna menggali legenda Candi Borobudur sebagai atraksi wisata kelas dunia dan membangun sinergi antarpemangku kepentingan pengembangan kawasan destinasi Borobudur dan sekitarnya, akan diseminarkan pada Jumat (15/2) mendatang, di Yogyakarta. Mengawali hal itu Kementerian Pariwisata menggelar pra seminar di Hotel Grand Artos Magelang, Senin (11/2).
Asisten Deputy Pengembangan Destinasi Regionel II Drs Reza Fahlevi MSi dalam pembukaan pra seminar itu mengatakan, Candi Borobudur harus dikelola dengan baik. Baik sebagai situs peninggalan sejarah, destinasi wisata dan juga merupakan aktivitas ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Terkait hal itu diperlukan adanya story telling tentang Borobudur, kebijakan lintas sektor pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan Borobudur, serta penyusunan rencana aksi lintas sektor dalam pengembangannya.
Dalam pra seminar tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, seperti Prof Komarudin Hidayat, Dr Daud Aris Tanudirjo, serta General Manager PT Taman Wisata Candi Borobudur (PT TWCB) I Gusti Ngurah Sedane. Hadir pula Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Kepariwisataan Jawa Tengah, Sinoeng Nugroho Rachmadi. Dalam kegiatan itu juga dihadiri para pegiat, pelaku dan pemerhati wisata, Asita Jawa Tengah, Asita DIY, akademisi, seniman dan budayawan, perwakilan dinas pariwisata Kulonprogo, Purworejo, Kabupaten dan Kota Magelang.
”Pra seminar ini sebagai forum diskusi awal yang dilakukan untuk menggali nilai-nilai sejarah, menjaring aspirasi dan identisifikasi isu-isu strategis dalam pengelolaan kawasan Candi Borobudur, yang akan dilanjutkan pembahasannya pada seminar dan diharapkan menghasilkan rencana strategis yang akan disampaikan pada rakor dengan bapak wakil presiden di awal Maret mendatang,” katanya.
Kepala Disporapar Jawa Tengah Sinoeng Nugroho Rachmadi menambahkan, pariwisata akan maju jika negara hadir bersinergi dengan komunitas-komunitasnya. Utamanya dengan mengoptimalkan kaum millenial. Kenapa kaum millenial perlu digandeng, karena melalui mereka promosi akan cepat dilakukan. Di sisi lain, dia juga akan genjot desa-desa wisata melalui one village one product. ”Kami tidak mempermasalahkan produk sama yang penting kemasannya harus beda,” katanya.
Pihaknya juga akan terus meningkatkan fungsi kesadaran pariwisata terhadap fungsi ekosistem, sosial budaya dan pelestarian lingkungan. Fungsi-fungsi itu harus secara bersama-sama dilakukan. Karena kalau hanya satu yang ditingkatkan, tidak akan berhasil. Di samping itu, dia juga akan menggenjot keberadaan desa-desa wisata. ”Target kami akan membuat 400 desa wisata. Saat ini dari 7.800 desa di Jawa Tengah baru ada 230 desa wisata,” tuturnya. (suarabaru.id/ach)