BLORA – Kali ini layanan travel Qta Trans jurusan Blora ke berbagai kota di Jateng & DIY, Rabu (7/11), lumpuh total, menyusul aksi mogok yang dilakukan para kru (sopir) travel berkantor pusat di Kota Purwokerto itu.
Tampak armada travel yang selama ini melayani jurusan Semarang, Purwokerto, Cilacap, Solo, dan Yogyakarta, tidak beraktivitas. Para sopir mogok kerja dengan mengandangkan mobilnya di garasi.
“Tidak tahu kenapa, semua mobil tidak jalan, katanya sopir mogok, padahal saya pelanggan setia,” ungkap Aniek (33), warga Blora.
Kekecewaan juga dilontarkan Wahyu IP (25), warga Kunden, Kota Blora, karena travel langgananya itu tidak melayani antaran, baik untuk jurusan Semarang maupun Solo dan Yogyakarta.
“Sopir mogok, tidak jalan sejak jam pagi penjemputan pukul 03:30 WIB dari Blora ke semua jurusan,” beber Heri Purnomo, warga Perumda, Kota Blora.
Diperoleh keterangan dari beberapa sopir, mengaku aksi mogok itu sebagai bentuk protes kepada manajemen (pimpinan) travel Qta Trans yang dinilainya tidak memberikan ketenangan kerja pada karyawannya.
Dikandangkan
Mobil travel jenis Toyota Innova yang sehari-hari melayani sedikitnya 10 jam pemberangkatan ke Semarang, dan tiga kali ke Solo-Yogyakarta (belum termasuk) kepulangan atau kedatangan, dikandangkan di garasi.
Sopir juga sama, berkumpul di dekat deretan mobil di garasi travel Qta Trans dekat dengan kantor perwakilannya di jalan A. Yani, Kota Blora.
Baik sopir, kru, dan karyawan travel itu, enggan bekomentar tarkait aksi mogok kerjanya. Namun yang pasti, hingga pukul 18:15 WIB, aksi mogok jalan (kerja) masih berlanjut.
Dua diantara belasan sopir/kru yang menggelar aksi mogok kerja memberi sedikit informasi, aksi itu dilakukan karena pihak manajemen tidak peduli dengan para karyawannya.
“Iya kami mogok kerja, gak tahu sampai kapan,” ungkap salah satu sopir travel pavorit di Kota Blora itu.
Satu sopir lagi dengan mewanti-wanti untuk tidak ditulis namanya, mengaku aksi mogok dilakukan karena karyawan (sopir) merasa kurang dihargai. Contohnya, ada rekan kerja yang mengalami kecelakaan, semua pembiyaan jadi beban sopir.
“Manajamen atau pimilik gak mau tahu, semua biaya yang timbul karena kecelakaan menjadi tangungjawab sopir, ini tidak fair,” bebernya.
Para sopir berbagai jurusan sepakat, jika manajamen tidak memberi jawaban kepastian tanggungjawab, mereka mengaku akan tetap mogok.
Sayangnya, baik sopir dan kru di kantor travel Qta Trans perwakailan Blora, tidak bisa memberikan informasi nama dan nomor telepon pimpinan travel. Semua menjawab kalau kantor pusat dan pimpinannya di Purwokerto.(suarabaru.id/wahono)