BLORA – Lebih dari lima tahun Kabupaten Blora langka degan (kelapa muda). Penyebabnya, ribuan pohon kelapa di kabupaten penghasil kayu jati kualitas terbaik di dunia, mengalami kerusakan dan mati diserang hama kwang-wung.
Meskipun langka, puluhan bakul minuman, kios, warung dan pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Blora tetap bisa menjual minuman buah segar itu, baik dimnikmati dalam bentuk utuh (degan bulat), dan dalam wadah (kemasan).
“Untuk degan saya selalu siap degan, karena tiga-lima hari dikirim bakul dari Banyuwangi dan Pasuruan, Jatim,” papar Suratno (44), pedagang minuman kelapa muda di Cepu, Kamis (25/10).
Suwarni (33), bakul degan di pinggir jalan raya Kunduran, Blora, juga mengaku setiap hari selalu siap kelapa muda kiriman dari Kebumen, Pemalang (Jateng), dan Pangandaran (Jabar) seharga Rp 6.000 sampai Rp 7.000 perbutirnya
“Sudah lama Blora tidak ada degan, kelapa mati semua, untung ada kiriman dari Kebumen, Pemalang, dan Pangandaran,” jelasnya.
Degan-degan itu masuk Blora, lanjutnya, dibawa oleh bakul (tengkulak) setiap tiga sampai lima hari sekali. Bakul itu mengirim degan mulai dari Grobogan, Blora, dan daerah lain.
10 Tahunan
Caranya, kata Suwarni, saat akan datang mengirim degan, tengkulak yang sudah punya banyak palenggan, memberitahukan melalui pesan whatsapp (WA).
Sementara itu Partono (41), dan M. Fadil (35), bakul degan di Kota Blora, juga mengaku selalu siap kelapa muda tiap hari. Sebab, barangnya datang rutin dari Kebumen, Pangandaran, sesekali dari Pantura.
Fadil juga sering dapat kiriman dari Rembang, Lasem, dan Pati, hanya saja selain jumlahnya terbatas, degannnya banyak yang kecil.
Sudarwanto, pengamat pertanian di Blora, menjelaskan janur dan kelapa di Blora sudah langka sekitar 10 tahun lalu. Kwang-wung, adalah hama pembunuh nomor satu pohon kelapa, dan serangannya masive di seluruh Blora.
“Saya sudah survei sejak lama, desa-desa di Blora langka pohon kelapa akibat hama kwang-wung yang mengganas sejak 10 tahunan,” jelasnya.
Kwang-wung, lanjutnya, enggan menyerang pohon kelapa di daerah yang ada pantainya seperti Rembang, Pati, Lasem dan Tuban, Kebumen, Pangandaran, karena hama itu tidak tahan daerah yang udaranya agak asin (bau garam/air laut).
“Seperti degan, dan kelapa yang masuk Blora, kebanyakan juga dari daerah Pantura dan kawasan pantai lainnya,” jelas Sudarwanto.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupatern Blora, Hj. Reni Miharti, membenarkan populasi pohon kelapa di Blora sangat lamban, kalah jauh dibanding daerah pinggiran pantai yang aman dari hama kelapa.
Saat ini, lanjutnya, Pemkab berupaya melakukan pencegahan dan pengendalian hama pembunuh nomor satu pohon kelapa (kwang-wung), dengan mengembangkan, dan memberi bentuan bibit kepada warga.(suarabaru.id/wahono)