SEMARANG-Ditengah gejolak era milenial ini para ulama ditantang untuk mampu menghadapi perilaku kekinian dimana eforia media sosial telah mendominasi aktivitas generasi bangsa.
Oleh karena itu tugas dakwah tidak lagi terbatas pada penyampaian-penyampaian formal di mimbar-mimbar ceramah ataupun rubrik-rubik dakwah di media konvensional seperti koran dan majalah, namun herus menguasai dan mengkolaborasi tekologi digital tersebut untuk meviralkan konten-konten dakwah. Hal ini diungkapkan Wakil Rektor Universitas Islam Sultan Agung ( Unissula) Semarang DR. Bedjo santoso MT, Phd, di Semarang Rabu (4/7).
“Di era ini, dakwah dapat ada di mana saja. Selain di masjid-masjid dan majelis-majelis, dakwah juga ada diruang publik yang lebih luas dan juga media sosial, internet, dan ruang-ruang lain di dunia maya. Dengan kata lain, ada di mana-mana”, katanya.
Menurut penilaian Bedjo Santoso, kegalauan sivitas akademika Unissula Semarang saat ini cukup memuncak, karena siapapun dengan gadget di tangan dapat menjadi seorang da’i, atau pendakwah, tidak penting betul apa bacaan Qur’an-nya baik dan buruk. Ataupun apakah kapasitas keilmuannya di bidang keislamian cukup dan mumpuni. Asal dia mampu merangkai kata-kata dan punya sedikit kemampuan berbicara, dia sudah sah menjadi da’i menjadi pelaku dakwah, orang yang menyampaikan dakwah.
“Anomiali yang begitu besar ini membuat profesi da’i itu sendiri menjadi absurd. Dalam dunia dimana batas-batas menjadi kabur, batas antara seseorang yang pandai menyampaikan dakwah, dengan orang yang memang menjalani profesi sebagai seorang da’i, atau Kader Dakwah, juga turut menjelma sesuatu yang samar-samar”, jelasnya.
Menyikapi situasi tersebut, lanjut Bedjo, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, akan menggelar berbagai kegiatan termasuk diskusi khusus tentang peran ulama untuk menguasai dan mengoptimalisasi teknologi digital untuk berdakwah,dalam acara Halaqoh ulama ke 5 pada 11-12 Juli, di kampus Unissula Semarang.
Dijadwalkan sejumlah tokoh nasional akan hadir dalam kegiatan tersebut seperti Menteri Agama Repulik Indonesia, ulama besar KH. Maimun Zubair, Ketua Fatwa MUI Pusat, KH. Cholil Navis, Prof. Masdar Hilmy, dan ahli dakwah melalui Medsos Peri Umar Faruq.
Sementara itu, Ketua panitia Halaqoh, Agus Irfan menjelaskan, diusianya ke 56 tahun kampus yang berada di jalan kaligawe Km 4 Semarang tersebut berharab terus dapat menjalin pertautan dan silahturahmi dengan para ulama bukan hanya karena sejarah tetapi untuk memperoleh rumusan, pandangan, dan suara ulama dalam dakwah islamiah membangun peradaban Islam yang rahmatan ilalamin serta memperkuat spirit hubul wathon minal iman.(suarabaru.id/sl)