WONOGIRI – Festival musik Islami Nusantara Tahun 2018 digelar di Alun-alun Giri Krida Bakti Kabupaten Wonogiri. Dalam festival yang baru pertama kali digelar ini, ada group yang menyertakan Tari Sufi goyang perut berputar-putar. Para penarinya mengenakan busana rok lebar yang mengembang berputar-putar, sinergi dengan dendang irama nada instrumen pengiringinya.
Tari Sufi (Whirling Dervishe) berasal dari wilayah Anatolia, Turki, yang eksis sejak abad 13. Dicipta oleh koreografer Mawlana Jalaludin Rumi. Tarian ini, merupakan bagian dari meditasi yang dilekatkan dengan ajaran sufistik Islam. Utamanya dalam upaya menggapai kesempurnaan iman, menghapuskan napsu, ego dan hasrat pribadi dalam hidup. Kehadirannya di festival musik Islami Nusantara, mengukuhkan identitas agamis yang khas dari Timur Tengah.
Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri, Siswanto dan Kabag Humas Pemkab Wonogiri, Hariyanto, menyatakan, festival musik Islami Nusantara 2018 digelar Sabtu malam (12/5) dalam rangkaian kegiatan memeriahkan peringatan Hari Jadi Ke 277 Kabupaten Wonogiri. Sekaligus untuk penyambutan bulan suci Ramadan 1439 H. Tujuannya, untuk pelestarian kesenian Islami Nusantara beserta kandungan nilai-nilai moralnya.
Juga sebagai media pengembangan minat, bakat, ketrampilan terhadap seni musik, serta membangun kecintaan dan rasa memiliki terhadap potensi seni budaya yang eksis di Tanah Air. Melalui festival ini diharapkan dapat memupuk dan menanamkan jiwa serta semangat persatuan dan kesatuan. Sekaligus untuk meningkatkan apresiasi dan partisipasi dalam berkesenian, serta untuk wahana mengembangkan karakter, kepribadian dan jati diri.
Kabid Kebudayaan Dikbud Kabupaten Wonogiri, Eko Sunarsono, menambahkan, ada 25 group musik Islami yang tampil dalam festival kali ini. Aspek penilaiannya meliputi teknik vokal (40 persen) yang di dalamnya mencakup tentang keindahan dan kualitas dendang suara, beserta akurasi sinergitas dengan backing vokalnya. Selanjutnya aspek muskalitas (30 persen), mencakup kreativitas dan variasi tabuhan instrumen, dinamika kekompakan dalam menyajikan aransemen irama nada. Berikut aspek penampilan (30 persen) yang meliputi kostum, keserasian, teknik blocking dan eskpresi penghayatan.
Tim juri terdiri atas Ahans Mahabie, Ahmad Munif dan Wahyu Nurhidayat yang berasal dari Pondok Pesantren (Ponpes) Hanacaraka Wonogiri, dan dari IAIN Surakarta.
Ada enam group yang ditetapkan sebagai penyaji terbaik. Terdiri atas group El Fata dengan nilai 779, Ahbabul Murtata dengan nilai 778, Nurul Huda Kismantoro (767), Mandraguna (760), Hubbussalam (750) dan Ahbabul Mujtaba (741). Kepada mereka diberikan tropi kejuaraan dan uang pembinaan. (SMNet.Com/bp)