MAGELANG- Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif mengingatkan, agama bukan untuk kepentingan pragmatisme, termasuk bukan untuk meraih kekuasaan.
‘’Situasi akan rusak dan runyam kalau agama dijadikan kendaraan politik. Itu ‘ndak’ bener,’’ katanya usai menjadi narasumber sarasehan kebangsaan yang diselenggarakan Komunitas Gereja Kevikepan Kedu, di Magelang, beberapa hari lalu.
Menurutnya, agama sebagai acuan moral di mana para politikus tampil secara beradab dan saling menghargai.
Buya Syafii yang juga Anggota Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila itumengemukakan pentingnya terus menerus digaungkan suara-suara yang mencerahkan terkait dengan peranan agama.
‘’Suara yang mencerahkan itu harus disuarakan terus, jangan diam. Sebab, kalau diam seakan-akan mereka yang benar, orang yang mau memperalat agama itu dilawan,’’ tegasnya.
Dia juga menjelaskan kaitan antara agama dan peradaban umat manusia, tentang moral serta semangat bersaudara.
‘’Agama harus beradab. Kalau kita berbudaya, agama tidak dipakai untuk rendahan, itu agama tujuan mulia, jangan dikotori, perbuatan-perbuatan yang merusak, yang kotor, yang kumuh,’’ tandasnya.
Buya juga menyatakan pentingnya menghindari kampanye politik dalam forum keagamaan. ‘’Saya kira kalau sudah menyangkut politik kekuasaan itu, orang emosi lebih meraja dari akal sehat, jadi orang menjadi tidak stabil,’’ terangnya.
Berbicara pada sarasehan kebangsaan bertema “Merangkul Kerukunan, Membingkai Pancasila” , Buya Syafii mengatakan pentingnya setiap orang beragama memegang teguh autentisitas agama guna mewujudkan perdamaian.
Jika setiap pemeluk agama berpegang pada autentisitas agama, tambahnya, akan berkembang semangat saling menolong serta persaudaraan.
‘’Orang boleh yakin agama masing-masing, tetapi orang lihat orang lain, pendapat yang berbeda, saling menghormati,’’ katanya dalam acara yang juga dihadiri Kepala Gereja Kevikepan Kedu Romo F.X. Krisno Handoyo itu. (SMNet.Com/dh)