blank

SLAWI (SUARABARU.ID) – Fenomena peningkatan angka kehamilan ibu di masa pandemi Covid-19 sebagaimana yang terjadi di sejumlah daerah, tidak berlaku di Kabupaten Tegal. Di sini, angka kehamilan ibu justru menurun dibandingkan periòde yang sama tahun lalu.

Informasi ini disampailan Kasi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal Begjo Utomo saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Begjo menuturkan, angka kehamilan ibu selama lima bulan terakhir, sejak bulan Januari hingga Mei tahun 2020 hanya 11.638 orang, atau menurun 6,36 persen dari periode yang sama tahun 2019 lalu, dimana jumlah kehamilan ibunya mencapai 12.429 orang.

Data ini diperoleh dari laporan bulanan 29 Puskesmas se-Kabupaten Tegal yang diinput lewat aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Ibu dan Anak (SIKIA).

Diduga, menurunnya angka kehamilan di masa pandemi ini karena kesadaran masyarakat akan pentingnya Program Keluarga Berencana (KB) terus meningkat.

Begjo mengatakan, penyuluhan intensif dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Tegal dan Dinkes Kabupaten Tegal melalui bidan desa untuk mengarahkan pasangan usia subur mengikuti Program KB dan merencanakan kehamilan bisa diterima baik di masyarakat. Faktor lainnya yang berpengaruh, lanjut Begjo, karena ada kekhawatiran dari pasangan suami istri (pasutri) akan risiko tertular Covid-19.

“Saya rasa, selain ada kekhawatiran tertular Covid-19, kesadaran keluarga dalam merencanakan kehamilan sudah cukup baik. Terbukti, sekalipun ada anjuran pemerintah agar lebih banyak tinggal di rumah selama pandemi ini tidak membuat angka kehamilan di Kabupaten Tegal melonjak seperti di daerah lain,” kata Begjo.

Alasan menunda kehamilan selama pandemi Covid-19 ini pun diamini Linda (28), ibu satu orang anak, asal Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi. Keputusannya untuk menunda kehamilan karena pertimbangan keselamatan dan kesehatan keluarga lebih penting untuk saat ini.

Linda menuturkan, ibu hamil memiliki risiko terpapar Covid-19 lebih tinggi karena intensitas kunjungannya ke fasilitas kesehatan seperti klinik dokter atau bidan, Puskesmas dan rumah sakit untuk memeriksakan kehamilan ataupun saatnya nanti harus melahirkan.

Menanggapi pernyataan tersebut, Begjo pun tidak menampik jika adanya nosokomial menjadi pertimbangan orang-orang menghindari datang ke fasilitas kesehatan. Meski demikian, Begjo menjelaskan, pemeriksaan kehamilan di Puskesmas masih tetap dilayani dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Selama masa pandemi, kami masih terus melayani pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan janinnya dengan mewajibkan penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, menggunakan baju lengan panjang, mencuci tangan sebelum masuk dan setelah keluar dari Puskesmas,” ujarnya.

Arif Rahman

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini