blank
Poster Webinar Pendidikan yang digelar PJKR Unwahas pada Senin (29/6).

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Progdi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) akan menggelar Seminar Pendidikan secara virtual dengan tema ”Menjadi Guru Penjas yang Profesional dan Berkarakter” pada Senin (29/6).

Ketua Panitia, Yudi Purnama MPd mengatakan, kegiatan menghadirkan narasumber Prof Dr Mudzakkir Ali MM, Prof Dr ME Winarno MPd, dan Dr Rr Noer Indah Aprianti MPd. Kegiatan ini dimoderati Nur Wahid, alumnus Unwahas.

”Seminar ini terbuka untuk umum. Khusus bagi mahasiswa, seminar ini sangat bermanfaat sebagai bekal menjadi guru penjas yang berprofesional dan berkarakter,” ujar Yudi.

Menurutnya, selain harus rajin, disiplin, dan sabar untuk menjadi guru profesional ada beberapa parameter yakni harus bisa adil, terbuka, jadi contoh, bijaksana, fleksibel, peka, memahami proses, pengendalian diri, konsisten, dan memahami jiwa siswa.

”Adil maksudnya adalah menjadi sosok pendidik yang obyektif, bukan subjektif. Adil di sini berarti Bapak/Ibu tidak berpihak pada satu sisi atau kelompok tertentu. Jadi, harus mampu menyikapi setiap siswa dengan karakter dan kemampuan yang beragam,” ujar dosen PJKR Unwahas.

Selain itu, katanya, keterbukaan juga merupakan kriteria yang sangat penting bagi guru. Menerima kedatangan, pertanyaan, kritik, hingga masukan dari siswa. Untuk memperbaiki karakter siswa, guru terlebih dulu harus melakukan perbaikan. Cobalah bersikap demokratis, tentu kelas akan jauh lebih menyenangkan.

”Menjadi seorang guru, berarti harus bijaksana dan bisa menjadi contoh. Baik dalam mengambil keputusan, menyikapi masalah, maupun bertindak. Kalau Bapak/Ibu mampu menjadi sosok pendidik yang bijak, siswa tentu akan lebih respect. Pendidik yang bijaksana tahu bagaimana melakukan pendekatan yang tepat terhadap peserta didiknya,” ungkapnya.

Dia mengatakan, guru harus punya prinsip, baik dalam nilai-nilai maupun pengetahuan. Namun, dalam menyampaikan prinsipnya, Bapak/Ibu sebaiknya fleksibel. Fleksibel di sini maksudnya adalah tidak kaku dan mampu menyesuaikan dengan kondisi, perkembangan, sifat, kemampuan, serta latar belakang siswa.

”Guru harus bisa cepat mengerti, memahami, dan melihat dengan perasaan apa yang terlihat pada siswa. Mulai dari ekspresi wajah, gerak-gerik, nada suara, dan lainnya. Jadi, guru dapat segera memahami apa yang dialami oleh siswa. Tidak hanya cepat memahami, tapi juga cepat tanggap untuk menanggulanginya,” jelasnya.

Dalam belajar dan mengajar, lanjutnya, maka terjadi sebuah proses. Proses ini tidak selalu mudah dilalui dengan cepat, bergantung pada individu masing-masing. Maka, penting sekali bagi seorang guru untuk bisa memahami arti proses. ”Memilih untuk menjadi guru tentu harus siap stok sabar yang banyak, bukan?,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, menjadi guru yang akan jadi teladan siswanya, maka harus bisa mengendalikan diri. Guru harus mampu memberikan pertimbangan rasional dalam memutuskan sesuatu dan memecahkan masalah. Kemudian, dapat menjalin hubungan sosial yang wajar dengan siswa, sesama guru, serta orang tua.

”Seorang guru juga harus bersikap konsisten, tidak plin-plan. Kalau sedikit-sedikit berubah, tentu akan berpengaruh pada tingkat respect siswa ke gurunya,” tandasnya.

Dia menambahkan, seorang guru ibarat seorang dokter. Untuk mengobati yang sakit, maka deperlukan dokter yang mengerti jenis penyakit yang diderita serta cara-cara mengobatinya. Begitu pula dengan guru, dalam mengobati jiwa anak didiknya, membentuk akhlak yang baik.

”Untuk itu dibutuhkan pendidik yang mengerti akan sifat dasar jiwa manusia, kelemahan dan cara mengobatinya. Nanti semua akan dijelaskan oleh para narasumber dalam webinar pendidikan besok Senin,” tandasnya.

Muha

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini