ARAB Saudi antusias, Jawa Tengah pun bersemangat. Itulah potret kegairahan delegasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di arena Indobesia Expo 2018 di Gedung Kadin, Jeddah, Arab Saudi, hari ini (29/12/2018).
Jateng mengirim “pasukan khusus” yang dipimpin langsung Gubernur Ganjar Pranowo. Tiga dinas berkolaborasi, yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), serta Dinas Koperasi dan UKM. Mereka diperkuat oleh para praktisi industri pariwisata, dan para pelaku bisnis yang menyatu sebagai tim “penyerbu” Jeddah.
Dengan tema “merayu untuk meyakinkan”, tim Jateng dikomandoi oleh Gubernur Ganjar Pranowo, dikoordinatori “senapati-senapati” Kepala Disperindag Arif Sambodo, Kepala DPMPTSP Prasetyo Aribowo, serta Kepala Dinkop dan UKM Ema Rahmawati.
Ganjar bukan hanya memimpin langsung sejumlah pembicaraan dan notifikasi perdagangan, lalu tampil sebagai pembicara di forum tersebut, namun pada sisi lain ia juga menjadi bintang yang “diburu” oleh para pengunjung.
Dari stan ke stan provinsi lain, Ganjar harus sabar melayani “fans” yang mengajak jabat tangan, selfie, atau menjawab salam mereka yang berebut menyapa. Popularitas itulah yang antara lain membuat Jateng menjadi primadona di arena ekspo.
Tekun dan Aktif
Refleksi “kesabaran” dan ketelatenan seperti itulah yang tampaknya harus ditempuh sebagai tantangan untuk membuka “tirai” pasar Arab Saudi.
Seperti yang diakui oleh Prasetyo dan Sambodo, interaksi perdagangan dan investasi dengan Jawa Tengah memang bisa dibilang masih harus dipacu. Maka ekspo, pameran, dan ketekunan pemerintah termasuk keaktifan para pelaku bisnis akan menjadi modal penting pendorong investasi dan peningkatan perdagangan.
Memang yang terselenggara di Jeddah ini masih kalah dari skala ekspo di Dubai beberapa tahun lalu. “Namun saya merasakan kesan bagus. Jadi kalau tidak dirintis dan ditelateni, bagaimana kita bisa membuka kemungkinan-kemungkinan itu?” kata Prasetyo.
Gubernur Ganjar menangkap antusiasme yang luar biasa. Semula dia melihat banyak orang yang underestimate, tetapi nyatanya kemudian banyak produk yang ditampilkan di stan Paviliun Jawa Tengah diserbu dan diminati pengunjung. Dari keramik Boyolali, yuasafood Wonosobo, sarung goyor Tegal, kopi, dan beberapa produk UKM lainnya.
“Saya sampai meminta agar sarung-sarung yang dibawa mas Fahmi (Fahmi Lukman Alkatiri, owner Sarung Fahaltex Tegal) di stan pameran dan mau dibeli jangan dibawa dulu oleh yang meminiati. Nanti kalau sudah selesai atau diatur lewat pemesanan, oke,” kata Ganjar yang merasa puas ekspo kali ini memberi harapan terbukanya perdagangan dan investasi yang lebih besar.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Ema Rahmawati menuturkan, dari sejumlah perbincangan antara pelaku-pelaku UKM dengan para pengunjung pameran, beberapa hal perlu dicatat.
Pertama, pihaknya dituntut lebih intensif melakukan pendampingan terhadap kualitas produk yang diminati dan jaminan mutu produk. Kedua, meningkatkan kapasitas UKM dalam menghadapi pasar, terutama memperkenalkan dan meyakinkan calon pembeli menggunakan teknologi informasi dengan tampilan yang lebih menarik.
Ketiga, memperkuat e-commerce Jateng (Sadewa Market) untuk pendampingan pasar berbasis digital bagi UKM yang siap ekspor. Keempat, mengembangkan pelatihan manajemen bagi pelaku UKM agar lebih profesional dan merevitalisasi diklat UKM sebagai laboratorium bagi pelakunya.
Baik Arif Sambodo maupun Prasetyo Aribowo melihat, dalam penawaran pariwisata misalnya, orang-orang Arab punya karakter ketertarikan yang berbeda. Mereka menyukai leisure ketika berlibur, maka poin potensial inilah misalnya yang harus dijawab oleh kesiapan respons dunia pariwisata Jawa Tengah.
Memberi Harapan
Sebuah pameran dagang memang tidak akan serta merta memberi hasil signifikan. Bahkan kesepahaman-kesepahaman juga belum pasti diwujudkan dalam komitmen lanjutan berupa operasionalisasi. Akan tetapi, sejumlah notifikasi yang ditandatangani di forum Indonesia Expo, maupun dalam langkah-langkah kunjungan ke lapangan cukup memberi harapan ke depan.
Ganjar sempat bertemu dengan seorang pengusaha yang tertarik membuka Restoran “Keraton” di Jeddah. “Taste nasi campur ternyata cocok untuk penikmat kuliner Arab. Maka nanti bisa mem-franchise resepnya dari Solo atau Yogyakarta. Mereka butuh chef, untuk resep-resep khusus kerston. Jadi ada peluang untuk tenaga kerjanya,” ungkap Ganjar.
Perusahaan-perusahaan yang sudah menandatangani nota kesepahaman itu, misalnya Saad Salim Al-Khanbashi dengan CV Rakas Mas Jaya, juga Edwindra Virgiyantoro dengan Trisila Juwantara dari CV Yudsa Berkah Makmur.
D Rizky Novihamzah, Direktur Pusat Promosi Investasi, Kedutaan Besar Indonesia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab menyatakan, dibandingkan dengan UEA, investasi Arab Saudi di Tanah Air tergolong rendah.
Devisa besar yang didapat dari Indonesia lewat haji dan umrah bukan parameter bahwa investasi dan perdagangan dengan Indonesia juga besar untuk keseimbangannya. Namun bagaimanapun ia melihat ekspo kali ini adalah poin bagus dari ikhtiar langkah membuka jalan.
Modal Hubungan Baik
Dalam catatan Konsul Jenderal RI di Jeddah, M Hery Saripudin ketika membuka acara, hubungan erat Indonesia -Arab Saudi secara faktual sudah terbukti, bahwa pada setiap tahun jumlah orang Indonesia yang berhaji mencapai lebih dari 200 ribu, belum lagi peminat umrah hingga 1,1 juta orang.
Prasetyo Aribowo menggambarkan modal hubungan yang sudah baik itu sebagai potensi peluang yang harus terus dieksplorasi. Dan, itu adalah bagian “jihad” investasi dan perdagangan yang dilakukan oleh “pasukan khusus Jawa Tengah”.
Banyak hal yang harus dibenahi, dipetakan, dan direvitalisasi untuk memperkuat kesiapan dunia perdagangan dan investasi ke depan.(SuaraBaru.id)