SEMARANG (SUARABARU.ID) – Panggung Kahanan sesi 5 yang berlangsung di komplek Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah berlangsung meriah, Rabu (13/5/2020). Lebih-lebih, diramaikan kesenian kentrung asal Kabupaten Demak.
Dialah Syamsuri, seorang seniman yang masih melestarikan kesenian kentrung. Tangannya menabuh tiga alat musik terbangan berbeda ukuran, sembari mendongeng syair berbahasa Jawa.
Kali ini, seniman berusia 77 tahun itu mengusung syair berisi kisah Sunan Kalijaga yang menyamar menjadi penjual rumput hanya untuk memberikan nasihat kepada Ki Pandaran, yang berubah sombong karena keberhasilannya sebagai pemimpin.
Usaha Sunan Kalijaga tidak berhasil menyadarkan Ki Pandanaran. Hingga akhirnya, Sunan Kalijaga mencangkul sebidang tanah dan ternyata berubah menjadi emas. Ki Pandanaran pun bertaubat dan berguru kepada Sunan Kalijaga.
Di atas panggung kesenian daring yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo itu, pemain kentrung generasi ke tiga di Kabupaten Demak juga menyinggung bahwa tanah air yang maju dengan pembangunan yang merata sedang dilanda pagebluk.
“Tanah Jawa yang maju dengan pembangunan merata, kedatangan penyakit. Jaman pagebluk,” kata Syamsuri kemudian melanjutkan ceritanya.
Ia berpesan, siapa saja yang memiliki ilmu dapat menjalankannya dengan baik.
“Hati-hati dengan ilmu. Siapa saja harus bisa menjalankan ilmu dengan baik. Orang pandai harus sadar dengan kepandaiannya,” pesannya.
Selain kentrung, panggung kesenian daring yang dapat disaksikan melalui YouTube dan Satelit TV itu juga dimeriahkan Band jazz ekzperimental Semarang AbsurdNation, dresscode band, sanggar Tari Nyi Pandansari Kendal, duo penyair Benk Mintosih dan Handry TM.
Sementara, Ganjar Pranowo menuturkan bahwa Panggung Kahanan diinisiasi untuk memberikan ruang berkreasi bagi seniman di Jawa Tengah. Meski di masa pandemi tetap bisa berkarya.
“Panggung ini untuk menjaga kesenian di masa pandemi. Kita harus melakukan penyesuaian termasuk kesenian. Tetap jaga jarak, cuci tangan dan memakai masker,” tandasnya.
Hery Priyono