MAGELANG (SUARABARU.ID) – Peringatan Hari Jadi Ke 1.114 Kota Magelang pada 11 April 2020 berlangsung sangat sederhana. Tidak ada upacara seperti biasanya yang berlangsung di halaman depan Kantor Wali Kota Magelang.
Juga tidak ada pagelaran wayang kulit semalam suntuk di Petilasan Prasasti Mantyasih di Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang, dan tidak ada berbagai lomba maupun hiburan lainnya.
Yang diselenggarakan Pemkot Magelang hanya doa bersama lintas agama yang berlangsung di Pendapa Pengabdian Komplek Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Jumat malam (10/4).
Peringatan Hari Jadi Kota Magelang bermula dari sebuah desa perdikan ‘Mantyasih’ yang mengandung arti ‘beriman dalam cinta kasih’
Penetapan Desa Mantyasih tertulis pada Prasasti Mantyasih tanggal 11 April 907 oleh Raja Dyah Balitung, yang selanjutnya menjadi dasar penetapan Hari Jadi Magelang. Desa tersebut berada di sebelah barat Kota Magelang, dan sekarang dikenal dengan nama Meteseh.
Pada acara doa lintas agama itu tidak banyak yang diundang. Karena saat ini Indonesia bahkan dunia tengah menghadapi pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19).
Doa dipimpin KH Mansur Siraj, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Magelang. Kegiatan ini pun sekaligus menjadi pertemuan untuk mengevaluasi Gugus Tugas Covid-19.
Wali Kota Sigit Widyonindito menuturkan, pandemi global ini berimbas pada agenda-agenda peringatan Hari Jadi Ke-1.114 Kota Magelang yang terpaksa ditunda, bahkan dibatalkan.
‘’Terpenting dalam situasi seperti sekarang ini kami mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk bersyukur atas nikmat selama ini, sekaligus berdoa agar pandemi ini segera berakhir,’’ pintanya.
Fokus dan prioritas pemerintah saat ini, lanjutnya, adalah menanggulangi pandemi Covid-19. Utamanya terkait penanganan para pemudik dari daerah episentrum Covid-19 yakni Jakarta dan sekitarnya.
Menurutnya, pemudik menggunakan kendaraan umum yang turun di Terminal Tidar akan didata dan dicatat. Sedang bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi, sudah ada instruksi kepada kepala wilayah (camat dan lurah) untuk melakukan pemantauan dan pencatatan. ‘’Para pemudik diimbau melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing,’’ tegasnya.
Sigit berharap, pandemi ini segera berakhir, dan seluruh masyarakat bisa beraktivitas kembali dengan normal.
Khusus untuk tenaga medis, Sigit sangat mengapresiasi karena mereka ini garda terdepan yang berjuang memerangi Covid-19. Pasalnya di saat semua orang dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus, mereka justru berhadapan langsung dengan para pasien.
”Mereka telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa jadi taruhannya untuk menyembuhkan pasien covid. Karena itu, salut dan terima kasih kepada mereka,’’ tandasnya.
Kepada warga Kota Magelang, Sigit memohon agar melaksanakan protokol-protokol yang sudah ditetapkan pemerintah pusat. Seperti menerapkan social ataupun physical distancing, tidak membuat kerumunan orang, jika tidak ada keperluan yang mendesak tetaplah tinggal dirumah, dan yang paling penting adalah selalu berdoa agar pandemi ini segera berakhir.
‘’Selain itu, masyarakat yang dirantau diimbau tidak mudik dahulu, agar rantai penyebaran covid-19 bisa segera terputus,’’ ungkapnya.
Pada acara doa bersama berlangsung singkat. Sigit berpesan kepada jajarannya dan juga masyarakat agar tetap semangat dan ikut menjaga kondusifitas, sehingga Kota Magelang tetap aman dan nyaman.
‘’Semoga kota kita semakin maju, rakyatnya semakin sejahtera. Kotanya memang tua, tapi saya yakin kita semua harus terus semangat untuk membangun,’’ harapnya. (pro)
Editor : Doddy Ardjono