GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Sebanyak 50 lukisan karya Juwarno "Kuncung" dipamerkan dalam pagelaran lukisan tunggal bertajuk “Shadow” Pameran lukisan ini diselenggarakan di Gedung Candi Rasa, Kompleks Candi Joglo selama lima hari, mulai dari tanggal 13-18 Maret 2020.
Di hari kedua, sebanyak 300 siswa SD dari berbagai wilayah di Kabupaten Grobogan dan sebagian dari Kabupaten Demak memadati gedung yang baru saja selesai pembangunannya tersebut. Di sana, para siswa menikmati lukisan-lukisan yang dipasang di dinding Candi Rasa.
“Kalau saya belum tentu bisa buat lukisan seperti ini, tapi ini bagus. Bisa sebagus ini, menggambarnya pakai apa, ya,” komentar Ratna.
Sementara, J. Kuncung saat ditemui mengatakan, sebelum melakukan pameran tunggal di Candi Joglo ini, ia sudah ikut serta dalam pameran tunggal yang digelar di Pasar Seni Ancol beberapa waktu lalu. Kuncung mengakui, semua lukisan yang dibuatnya itu tidak melulu bersifat kontemporer.
“Saya melukis ya asal melukis saja. Idenya dari apa yang saya lihat di depan saya, mungkin dari alam maupun dari kegiatan sosial,” ujar pria asal Dusun Taban, Desa Jenengan, Kecamatan Klambu.
Sejak tahun 1999, J. Kuncung memang memutuskan diri menjadi pelukis dalam hidupnya. Ia juga melanglang buana ke berbagai daerah, dan paling lama ia tinggal di Jakarta.
“Saya sudah dari tahun 1999 itu mulai memutuskan melukis jadi pilihan hidup saya. Dan sejak itu, saya mengembangkan terus. Namun, saya sadar di sini (Grobogan-red), peminat lukisan hanya ada beberapa. Maka, saya pergi ke berbagai daerah dan lukisan-lukisan saya diminati banyak orang, khususnya dari luar negeri,” ujar J. Kuncung.
Dirinya bersyukur, dukungan keluarga dan teman-temannya sampai saat ini menjadi cambuk agar lebih bersemangat menampilkan beragam karya lukisan lainnya. Kelak, ia berharap ada waktunya nanti kembali ke Grobogan membangun seni budaya di wilayah ini.
Lukisan Ganjar
Dari 50 lukisan yang ditampilkan, lima lukisan mengusung tema shadow yang ia buat saat sudah berada di Grobogan. Selama dua bulan, Kuncung membuat kelima lukisan ini.
“Saya paling berkesan dengan lukisan tersebut karena itu kali pertama saya buat di sini. Untuk yang lainnya, sudah pernah saya buat sebelumnya,” tambahnya.
Kuncung sendiri menjelaskan, untuk membuat satu lukisan tidak bisa dilakukannya dalam satu hari. Semua itu tergantung dengan “mood”. Kalau ada, baru saya lanjutkan,” tambah Kuncung.
Yang paling unik dalam lukisan ini, J. Kuncung memamerkan gambar Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. Menurutnya, suatu kesempatan baginya didukung Ganjar Pranowo. Saat itu, ia hendak berangkat pameran tunggal di Jakarta.
“Lukisan ini saya buat saat beliau sedang gencar-gencarnya membuat program bedah rumah untuk masyarakat kurang mampu. Muatan sosial masuk dalam lukisan ini," tambahnya.
Beberapa lukisan yang memuat kritik sosial juga ditampilkan dalam pameran ini, yaitu lukisan tentang kaum urban yang awalnya tinggal di desa dengan segala adat istiadatnya, berubah menjadi orang kota yang bersifat individual.
Lima Rombongan
Sementara itu, pengelola Candi Joglo menjelaskan, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di Candi Joglo ini turut didukung Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan. Pihaknya bersyukur, Disdik menggerakkan seluruh anak didik di Kabupaten Grobogan agar melihat langsung pameran lukisan
tunggal dan seni ini.
“Saya bersyukur akhirnya ada pihak yang merespons maksud dan tujuan kami memgenalkan seni budaya kepada generasi muda. Dan itu, Dinas Pendidikan. Di sini, kami kemas dengan beragam hal yang berhubungan seni dan budaya. Ada pengenalan candi dan benda-benda bersejarah, ada lukisan, ada ketoprak dan mereka bisa berimajinasi melalui kegiatan tersebut,” ucap Muhadi.
Sebanyak 300 rombongan ini terbagi dalam lima sesi. Para murid tidak hanya berasal dari Kabupaten Grobogan saja, tetapi dari wilayah Kabupaten Demak juga berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Senada dengan J. Kuncung yang sadar akan pentingnya mengembangkan seni budaya di Kabupaten Grobogan, hal itu juga diungkapkan Muhadi. Menurut dia, Kabupaten Grobogan ini merupakan “Secret of Java” dan itu dimulai dengan banyaknya Ki Ageng yang lahir dari wilayah ini. Selain itu, banyak ditemukan kebudayaan lahir dari Grobogan ini.
“Harapan ke depannya, masyarakat maupun pemerintah daerah juga harus ikut berperan serta dalam pengembangan budaya di wilayah ini sehingga akan ada terus bagi generasi selanjutnya,”
tutur Muhadi.
Hana Eswe.